Halaqah 118: Pembahasan Dalil Pertama Hadits Irbadh Bagian 4

Halaqah 118: Pembahasan Dalil Pertama Hadits Irbadh Bagian 4

Halaqah yang ke-118 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan (Rahimahullahu Ta’ala)
بَابُ التَّحْذِيرِ مِنَ البِدَعِ
Bab tahdzir, peringatan, dari bid’ah-bid’ah.
‘Irbād ibn Sāriyah mengatakan Rasulullāh ﷺ telah memberikan مَوْعِظَة kepada kami dengan sebuah nasehat yang sangat dalam.
Nabi ﷺ memberikan wasiat,
وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ
kemudian yang kedua wasiat Beliau ﷺ, dan mendengar dan taat
وَإنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ
Mendengar dan taat maksudnya adalah kepada penguasa, apabila antum menemukan isma’ wa aṭhi – tasma’u wa tuṭhi’ maka maksudnya adalah mendengar dan taat kepada penguasa
وَإنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ
meskipun yang memerintahkan kalian adalah seorang budak dan ini menguatkan apa yang kita sebutkan baru saja bahwasanya maksud mendengar dan taat disini adalah kepada penguasa karena disebutkan setelahnya meskipun yang memerintahkan kalian, yang menguasai kalian adalah seorang budak.
Coba antum ta’ammul, ketika Nabi ﷺ diminta untuk memberikan wasiat, dan sudah kita katakan tentunya Beliau ﷺ akan memberikan wasiat yang paling penting menurut Beliau ﷺ, ternyata Beliau ﷺ memulai dengan taqwallah dan yang kedua ternyata Beliau ﷺ memberikan wasiat supaya kita mendengar dan taat kepada penguasa, ini menunjukkan tentang ahammiyah dan pentingnya mendengar dan taat kepada penguasa ini di dalam agama Islam.
Oleh karena itu para ulama yang menulis tentang masalah aqidah tidak lupa mereka senantiasa menyebutkan perkara ini dalam kitab-kitab aqidah mereka, silahkan antum membuka aqidah thahawiyah, al-aqidah al-wasithiyah, lum’atul i’tiqad, syarah ushul i’tiqad ahlussunnah wal jama’ah, syarhus sunnah al-barbahari dan seterusnya antum akan dapatkan pembahasan ini yaitu tentang mendengar dan taat kepada penguasa, karena dia adalah pondasi diantara pondasi-pondasi aqidah ahlussunnah wal jama’ah yang membedakan antara mereka dengan aliran aliran yang sesat dan Nabi ﷺ tidak heran kalau Beliau ﷺ menjadikan ini adalah wasiat yang kedua.
Umar bin Khattab radhiallāhu anhu ketika beliau menyebutkan tentang Islam dan juga tentang pentingnya mendengar dan taat kepada penguasa beliau mengatakan lā islāma illā bi jama’ah, tidak ada Islam kecuali dengan ijtima, kecuali kita berkumpul, karena sebagian besar syariat demikian, tidak bisa kalau kita tegakkan kecuali dengan adanya ta’awun, kerjasama di antara kita, adanya ijtima’ kalimah
لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَلَا جَمَاعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ
Dan tidak ada ijtima’, tidak mungkin ada perkumpulan kecuali kalau di sana ada kekuasaan, di mana-mana namanya perkumpulan kalau ingin perkumpulan tadi langgeng maka harus ada orang yang diangkat menjadi pemimpin. Sebuah rumah kalau tidak ada pemimpinnya kemudian masing-masing menganggap dirinya berkuasa, masing-masing berjalan sendiri, tidak mau diatur oleh orang lain maka akan kacau rumah tadi, sebuah sekolah kalau di sana tidak ada kepala sekolah dan masing-masing merasa berkuasa merasa berhak untuk memerintah membuat peraturan maka juga akan kacau
وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
Tidak ada kekuasaan kecuali harus ada yang mendengarkan dan mentaati, kalau misalnya ada pemimpin tapi rakyatnya tidak mau mendengar dan taat maka tidak ada faedahnya dan tidak ada manfaatnya adanya kekuasaan, karena maksud adanya pemimpin adalah untuk di taati dan juga didengarkan, kalau misalnya tidak ada yang mau mentaati beliau, tidak ada yang mau mendengarkan beliau apa gunanya diangkat pemimpin tersebut lihat awalnya tadi beliau mengatakan
لَا إِسْلَامَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ
Disebutkan Islam dan diakhir beliau mengatakan
وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ
As-sam’u waththā’ah ujungnya dan ujung yang disana adalah Islam. Menunjukkan tentang bagaimana hubungan yang erat antara mendengar dan taat nya kita kepada pemimpin dengan tegaknya Islam, sangat erat hubungannya. Seandainya kita mendengar dan taat kepada penguasa dan penguasa melihat kesungguhan kita di dalam mendengar dan taat akhirnya negara menjadi tenang jadi tenteram, orang mau melakukan kegiatan ekonomi, berbisnis, bekerja, belajar berkunjung, berdakwah, perkara dunia, ataupun dia melakukan perkara-perkara yang berkaitan dengan agamanya, menuntut ilmu agama, berdakwah, bermulazamah, menulis, kalau negara dalam keadaan tenang maka semuanya itu insya Allāh biidznillāh akan lancar dan mudah untuk dilakukan.
Akan tegak shalat berjamaah, akan lancar kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren, yang ada di sekolah, yang ada di sekolah tinggi, dengan mudah antum kapan-kapan sewaktu-waktu untuk melakukan umrah, melakukan haji, berdakwah di mesjid-mesjid, kapan itu terjadi, ketika rakyat mengetahui tentang kewajibannya mendengar dan taat kepada penguasa dan penguasa mereka mengetahui tentang kewajiban mereka menegakkan Islam, menegakkan keadilan.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top