Halaqah yang ke-117 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan (Rahimahullahu Ta’ala)
بَابُ التَّحْذِيرِ مِنَ البِدَعِ
Bab tahdzir, peringatan, dari bid’ah-bid’ah.
‘Irbād ibn Sāriyah mengatakan Rasulullāh ﷺ telah memberikan مَوْعِظَة kepada kami dengan sebuah nasehat yang sangat dalam.
Maka Nabi ﷺ memberikan wasiat, kemudian Beliau ﷺ mengatakan
أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ
Aku wasiatkan kalian untuk bertakwa kepada Allāh ﷻ
Dan takwa kepada Allāh ﷻ ini adalah kalimat yang jāmi’, kalimat yang menyeluruh, orang yang memberikan wasiat dengan ketakwaan kepada Allāh ﷻ berarti dia telah memberikan wasiat untuk melakukan berbagai kebaikan dan meninggalkan berbagai larangan, sebagai ganti dia menyebutkan satu persatu. Hendaklah engkau sholat, hendaklah engkau zakat, hendaklah engkau shalat tahajud, hendaklah engkau shodaqoh dan seterusnya, janganlah engkau riba, janganlah engkau minum minuman keras, janganlah engkau lalai dari dzikrullāh, semua itu bisa digantikan dengan kalimat taqwa, karena taqwallāh artinya adalah menjadikan antara diri kita dengan Allāh ﷻ (dengan azab Allāh ﷻ) wiqāyah, yaitu penjagaan.
Demikian disampaikan oleh sebagian ulama, yang dimaksud dengan taqwa kepada Allāh ﷻ engkau menjadikan antara dirimu dengan azab Allāh ﷻ penghalang, berupa menjalankan perintah dan menjauhi larangan, kalau kita tidak menjalankan perintah berarti tidak ada penghalangnya nanti, kalau kita tidak menjauhi larangan maka nanti tidak ada penghalang sehingga seseorang akhirnya diazab, tapi dengan dia menjalankan perintah menjauhi larangan Allāh ﷻ maka ini adalah sebab dia terhindar dari azab Allāh ﷻ.
Oleh karena itu sebagian yang lain yaitu Talq bin Habib, beliau mengatakan
أن تعمل بطاعة الله، على نور من الله، ترجو ثواب الله
Engkau melaksanakan amalan itu, menjalankan perintah, diatas cahaya dari Allāh ﷻ, jadi bukan hanya sekedar mengamalkan tapi harus mengamalkan diatas cahaya, yang dimaksud cahaya dari Allāh ﷻ adalah ilmu dari Allāh ﷻ yang ada di dalam Al-Quran dan juga didalam Hadits, itu adalah cahaya petunjuk dari Allāh ﷻ, menunjukkan bahwasanya menjalankan perintah harus berdasarkan dalil. Kemudian
ترجو ثواب الله
Engkau mengharap pahala dari Allāh ﷻ, harus ada mengharap pahala berarti di sini ada dua syarat diterimanya amal, pertama adalah ittiba’ yang ada di dalam على نور من الله di atas cahaya dari Allāh ﷻ, maka ini adalah isyarat kepada ittiba’ adapun keikhlasan maka diisyaratkan di dalam ucapan beliau mengharap pahala dari Allāh ﷻ, jadi sejak dahulu sudah di isyaratkan tentang dua syarat diterimanya amal. Kemudian
وأن تترك معصية الله
Engkau meninggalkan kemaksiatan kepada Allāh ﷻ
على نور من الله
Diatas cahaya dari Allāh ﷻ
تخافو عذاب الله
Engkau takut dari azab Allāh ﷻ. Ini juga sama di dalam meninggalkan larangan juga harus berdasarkan dalil, jangan sampai seseorang mengharamkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allāh ﷻ. Kemudian juga harus ikhlas meninggalkan larangan tadi bukan karena ingin mendapatkan dunia tapi tujuannya adalah karena dia takut dengan azab Allāh ﷻ, ini juga ikhlas didalam menjauhi larangan, karena ada sebagian menjauhi larangan mungkin karena kepentingan dunia saja. Ana kalau berzina takut nanti kena penyakit ini berarti bukan karena Allāh ﷻ tapi karena dunia, suatu dunia yang dia inginkan bukan karena takut dengan azab Allāh ﷻ, ana kalau minum minuman keras takut gula ana tambah naik, maka ini bukan karena takut dengan azab Allāh ﷻ tapi karena urusan dunia saja .
Kapan dinamakan taqwa kalau takutnya adalah karena Allāh ﷻ, oleh karena itu kalimat تَقْوَى اللَّه di sini adalah jami’, dia adalah wasiat dengan seluruh kebaikan, menyuruh kita untuk melakukan berbagai kebaikan dan wasiat meninggalkan seluruh larangan, maka wasiat yang paling baik yang paling menyeluruh adalah wasiat dengan taqwa kepada Allāh ﷻ. Allāh ﷻ telah mewasiatkan dengan taqwa ini nabi-Nya, ittaqillah kata Allāh ﷻ kepada nabi-Nya ﷺ dan menyuruh orang-orang beriman untuk bertaqwa
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّـهَ حَقَّ تُقَاتِهِ…
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa…” (QS. Ali-Imran[3]: 102)
Dan menyuruh manusia secara keseluruhan untuk bertaqwa
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ
[An-Nisa’ : 1]
dan kalau kita diminta orang lain untuk memberikan wasiat jadikanlah wasiat yang pertama adalah wasiat untuk bertakwa kepada Allāh ﷻ, sebab banyak manusia yang mereka tidak memahami tentang taqwa ini padahal sering disampaikan oleh khatib.
Inilah yang dipilih oleh Nabi ﷺ di dalam wasiat ini.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]