Halaqah yang ke-106 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan
بَابُ مَا جَاءَ فِي غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ وَفَضْلِ الغُرَبَاءِ
Bab apa-apa yang datang, maksudnya adalah dalil-dalil yang datang, yang berisi tentang akan terjadinya غُرْبَة الإِسْلاَم keasingan agama Islam وَفَضْلِ الغُرَبَاءِ dan dalil-dalil tentang keutamaan orang-orang yang asing yaitu orang yang asing karena dia berpegang teguh dengan Islam.
Beliau mengatakan rahimahullāh
وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَرْفُوعًا
Dan dari Abu Hurairah semoga Allāh ﷻ meridhoi beliau diangkat sampai Nabi ﷺ
بَدَأَ الإِسْلَامُ غَرِيبًا
Islam ini mulai dalam keadaan asing, diutus Nabi ﷺ dalam keadaan beliau sendiri di tengah-tengah kaum yang mereka setelah bertahun-tahun atau ratusan tahun berada di dalam alam jahiliyah, rata-rata mereka menyekutukan Allāh ﷻ, dan rusak akhlaknya, rusak ibadahnya kemudian datang Nabi ﷺ dengan membawa Islam yang isinya sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran jahiliyah, diantaranya dan yang paling utama adalah Islam mengajak untuk mengesakan Allāh ﷻ sementara orang-orang jahiliyah dan ajaran jahiliyah isinya adalah menyekutukan Allāh ﷻ dengan yang lain sehingga mereka mengatakan
أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۢ [ الصّافّات:36
Apakah kami meninggalkan tuhan-tuhan kami karena seorang tukang syair yang gila. Jelas bahwasanya ketika Islam datang itu dalam keadaan gharīban, dalam keadaan dia aneh, dalam keadaan asing, apakah kami meninggalkan tuhan-tuhan kami karena hanya seorang tukang syair.
Kemudian juga di antara ajaran Islam akan datangnya hari akhir padahal mereka beranggapan bahwasanya orang kalau sudah meninggal dunia, sudah, tidak ada di sana kehidupan yang lain.
إِنۡ هِيَ إِلَّا حَيَاتُنَا ٱلدُّنۡيَا [ الأنعام:29
Tidaklah dia kecuali kehidupan kita ini saja, tidak ada kehidupan yang lain, dan ketika Beliau ﷺ datang diutus maka di antara dakwah beliau adalah mengajak mereka untuk beriman dengan hari akhir dan ini adalah sesuatu yang aneh.
Kemudian beliau berdakwah dengan gigihnya dan dengan kesabarannya dan tentunya itu semua adalah dengan taufik dari Allāh ﷻ, satu persatu diantara orang-orang tersebut, diantara orang-orang yang dikehendaki kebaikan oleh Allāh ﷻ, mereka masuk ke dalam agama Islam.
Satu mengenal tentang tauhid kemudian dia dakwahkan kepada keluarganya, yang satunya dakwahkan kepada orang-orang yang berada di bawahnya, budak-budaknya, atau orang yang punya kenalan saudagar yang lain, pedagang yang lain dia dakwahkan sehingga satu persatu diantara mereka mengenal agama Islam sampai akhirnya Allāh ﷻ memberikan taufik bertemu dengan orang-orang Madinah yang mereka berhaji dan ternyata mereka juga menerima Islam yang dibawa oleh Nabi ﷺ.
Tersebarlah Islam di kota Madinah, kemudian Nabi ﷺ berhijrah, kemudian terjadilah perjanjian Hudaibiyah, kemudian terjadilah dibukanya kota Mekkah dan akhirnya negeri Mekkah yang sebelumnya adalah negeri yang kufur menjadi negeri Islam. Ketika mereka masuk Islam maka orang orang arab badui banyak diantara mereka yang berbondong-bondong mengirim utusan menyatakan bahwasanya Qobilah mereka masuk ke dalam agama Islam.
Sehingga tersebarlah agama islam dari utara ke selatan, dari timur ke barat, bukan sesuatu yang asing lagi, tersebar, masyhur bahkan yang asing adalah orang-orang yang tidak Islam. Semuanya rata-rata adalah muslimin, yang tidak islam ini sangat sedikit dan mereka terisolir dan mereka terpojokan, kalah dengan dzuhurnya Islam.
Kemudian Nabi ﷺ mengabarkan bahwasanya
وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ
Dan Islam itu kelak akan menjadi kembali asing. وَسَيَعُودُ dulu asing dan sekarang tidak asing maka ketahuilah bahwasanya Islam akan kembali asing sebagaimana ketika dia mulai. Tauhid sebelumnya asing kemudian sesuatu yang masyhur maka akan datang waktunya dimana orang akan menganggap asing ajaran tauhid bahkan di antara umat Islam sendiri.
Orang yang berdakwah kepada tauhid ini adalah sangat jarang demikian pula orang yang berpegang teguh dengan Islam yang murni yang jauh dari kebid’ahan yang sebelumnya inilah suatu yang masyhur di zaman dahulu maka suatu hari, dan mungkin ini termasuk diantara zamannya, akan datang waktu di mana orang akan menganggap asing sunnah-sunnah Nabi ﷺ.
Akan kembali asing Islam sebagaimana datangnya, sedikit sekali orang yang berpegang teguh dengan Islam, berpegang teguh dengan tauhid maka orang yang berpegang teguh dengan tauhid digelari dan dijuluki dengan berbagai gelar, orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi ﷺ, menghidupkan sunnah Nabi ﷺ, di cap dengan berbagai cap, dikatakan dia adalah radikal atau dikatakan dia tidak sosial atau dia adalah orang yang tidak bermasyarakat, orang yang kaku dan yang mengucapkan adalah orang-orang Islam sendiri.
Dan ucapan Beliau ﷺ
وَسَيَعُودُ غَرِيبًا
Menunjukkan tentang akan adanya keasingan Islam, sehingga di dalam bab tadi
بَابُ مَا جَاءَ فِي غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ
bab apa-apa yang datang, maksudnya adalah dalil-dalil yang datang tentang akan terjadinya غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ
وَسَيَعُودُ غَرِيبًا
Ini menunjukkan tentang akan adanya غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ akan datangnya keanehan dan keasingan Islam
Kemudian Beliau ﷺ mengatakan
فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Maka thūbā bagi orang-orang yang asing, yang asing dengan sebab dia berpegang teguh dengan Islam tadi. Dan di sini disebutkan tentang keutamaan al-ghurobā’ sehingga di dalam hadits ini disebutkan tentang akan datangnya keasingan di dalam Islam dan disebutkan tentang keutamaan orang-orang yang asing
غُرْبَةِ الإِسْلاَمِ وَفَضْلِ الغُرَبَاءِ
inilah judul bab ini. Dan didalam hadits ini disebutkan dua sekaligus akan datangnya keanehan dan keasingan islam dan disebutkan tentang keutamaan orang-orang yang asing.
Dan makna طُوبَى ini adalah muannats dari أطيب, wazannya adalah أفعل, muannatsnya طُوبَى wazannya فعلى, أفعل – أطيب – طُوبَى, أفعل – فعلى
فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
berarti dia adalah isim tafdhil, طُوبَى berarti dia adalah yang أطيب, yang paling baik.
Ada yang menafsirkan thūbā di sini adalah surga karena dialah yang paling أطيب, dan ada yang mengatakan ini adalah nama pohon yang ada di surga dan seandainya dia maknanya adalah surga maksudnya adalah dia masuk ke dalam surga, dan kalau maknanya adalah pohon yang ada di surga maka tidaklah mendapatkan pohon tersebut kecuali orang yang masuk ke dalam surga.
Maka tentunya ini adalah ḥats, dorongan yang sangat besar dari Nabi ﷺ, janji dari beliau bahwasanya orang-orang yang asing tadi dengan sebab berpegang teguh dengan Islam, janji dari beliau bahwasanya Allāh ﷻ akan memberikan kepadanya surga dan tentunya ini adalah janji yang sangat besar dan surga ini adalah kenikmatan yang besar di dalamnya ada
مَ لاَ عَيْنٌ رَأَتْ وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرِ
belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia
Di dalamnya ada seluruh kenikmatan dinamakan dengan dārunna’im, negeri yang isinya seluruhnya adalah kenikmatan dari awal, dari seluruh penjuru, semuanya adalah kenikmatan, tidak ada di dalamnya kesusahan sedikitpun, di dalamnya ada kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, karena terkadang kenikmatan dilihat oleh mata.
Dan didunia ini banyak kenikmatan yang sudah dilihat oleh mata manusia, kalau bukan dengan mata kita mungkin dilihat oleh mata orang lain yang ada diseluruh penjuru dunia ini. Ketahuilah bahwasanya nikmat yang ada di surga itu belum pernah dilihat oleh mata, seluruh mata yang melihat dari sejak zaman dulu sampai sekarang, dan masing-masing mereka melihat kenikmatan, maka yang ada di sana jauh lebih besar tidak pernah dilihat oleh mata
وَلاَ أُذُنٌ سَمِعَتْ
Dan tidak pernah didengar oleh telinga.
Di sana ada kenikmatan, kita tidak pernah melihatnya tapi kita hanya sekedar mendengar saja diceritakan oleh si Fulan di daerah sana ada pemandangan yang indah demikian dan demikian, belum pernah kita lihat tapi kita hanya sekedar mendengar dan kita membayangkan betapa indahnya daerah tersebut.
Ketahuilah bahwasanya di sana ada kenikmatan yang jauh lebih besar belum pernah kita dengarkan dengan telinga kita
وَلاَ خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَر
Dan tidak pula pernah terbetik di dalam hati manusia.
Ada disana kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah didengar oleh telinganya, tapi mungkin seseorang membayangkan bahwa seandainya demikian dan demikian, seandainya di sini ada ini, seandainya di rumah ini ada fasilitas ini, dan seterusnya. Terbersit dalam hatinya demikian cuma belum pernah dia lihat, belum pernah dia dengar, dan menunjukkan tentang besarnya kenikmatan yang ada di dalam surga.
Maka Nabi ﷺ mendorong bersabar, bersabarlah menjadi orang-orang yang asing, jangan kita ikut melarut bersama orang-orang yang mereka menyimpang dari Al-Islam. Pahit memang, panas memang berpegang di atas Islam yang murni yang dibawa oleh Nabi ﷺ, namun ketahuilah bahwasanya akhirnya adalah thūbā, akhirnya adalah surga. Sebentar kepahitan tersebut dan keasingan tersebut, kesusahan tersebut dan dibalas oleh Allāh ﷻ dengan pahala yang jauh lebih besar yaitu masuk ke dalam negeri kenikmatan selama-lamanya.
Tentunya ini adalah dorongan bagi kita semua untuk terus Istiqomah di atas Islam ini dan jangan kita mundur ke belakang dan mengikuti was-was dari setan, dari kalangan Jin maupun dari kalangan manusia.
رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Imām Muslim.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]