Halaqah yang ke-92 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan
وَلَهُمَا: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «وَدِدْتُ أَنَّا قَدْ رَأَيْنَا إِخْوَانَنَا
Beliau mengatakan وَلَهُمَا berarti diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim
Beliau ﷺ mengatakan aku berkeinginan untuk melihat saudara-saudara kami, atau kami berkeinginan, seandainya kita, Beliau ﷺ dan juga para sahabat, itu melihat saudara-saudara mereka
قَالُوا: أَوَلَسْنَا إِخْوَانَكَ، يَا رَسُولَ اللَّهِ؟
Mereka mengatakan, bukankah kami adalah إِخْوَانَكَ، يَا رَسُولَ اللَّهِ؟, kami adalah saudara-saudaramu ya Rasulullah, yaitu saudara-saudara didalam Islam. Ini yang dipahami oleh para sahabat saat itu
قَالَ: «أَنْتُمْ أَصْحَابِي
Maka Beliau ﷺ mengatakan bahwasanya maksud إِخْوَان disini bukan إِخْوَان yang umum sebagaimana dalam firman Allāh ﷻ (Al-Hujurat ayat 10) tapi إِخْوَان yang Beliau ﷺ maksud saudara-saudara se-islam yang belum datang, adapun yang sudah bersama Beliau ﷺ maka dinamakan dengan أَصْحَاب yaitu lebih khusus lagi, bukan hanya إِخْوَان tapi أَصْحَاب, صَاحِب lebih dekat lagi
قَالَ: «أَنْتُمْ أَصْحَابِي
Kalian adalah para sahabatku, karena kalian bertemu beriman dan meninggal dalam keadaan iman, kalian adalah para sahabat
وَإِخْوَانُنَا الَّذِينَ لَمْ يَأْتُوا بَعْدُ»
Adapun إِخْوَانا yang aku berkeinginan untuk melihat mereka saja, maka mereka adalah orang-orang yang belum datang setelahku, yaitu yang belum datang saat Beliau ﷺ mengucapkan ucapan ini maka mereka yang dimaksud dengan إِخْوَان yang Nabi ﷺ berkeinginan untuk melihat mereka.
Dan ini menunjukkan tentang bagaimana rohmannya dan sayangnya Nabi ﷺ kepada umat Beliau ﷺ secara umum. Sampai ketika Beliau ﷺ saat itu belum melihat orang-orang Islam yang datang setelah Beliau ﷺ, ada di dalam hati Beliau ﷺ keinginan untuk hanya sekedar melihat mereka saja, ingin melihat orang-orang Islam yang datang setelah Beliau ﷺ, ini menunjukkan tentang kecintaan Beliau ﷺ kepada umatnya dan rahmat (kasih sayang) Beliau ﷺ kepada umatnya sampai Beliau ﷺ berkeinginan untuk melihat saja melihat umat yang datang setelah Beliau ﷺ.
فَقَالُوا: كَيْفَ تَعْرِفُ مَنْ لَمْ يَأْتِ بَعْدُ مِنْ أُمَّتِكَ؟
Mereka mengatakan bagaimana engkau mengenal orang yang belum datang diantara umatmu, bagaimana aku bisa mengenal mereka
قَالَ: «أَرَأَيْتَ لَوْ أَنَّ رَجُلًا لَهُ خَيْلٌ غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ، أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟
Bagaimana pendapat kalian seandainya ada seseorang dia memiliki satu kuda, kuda tersebut ada warna putih di dahinya kemudian warna putih di tangannya dan juga kakinya
بَيْنَ ظَهْرَيْ خَيْلٍ دُهْمٍ بُهْمٍ
Dia berada di tengah-tengah kuda-kuda yang دُهْمٍ بُهْم, yang mereka adalah kuda-kuda yang sangat hitam, semuanya hitam, di tengah-tengah kuda-kuda yang semuanya berwarna hitam, دُهْمٍ artinya adalah hitam, بُهْم maksudnya adalah polos hitamnya tidak ada coret-coretnya atau ada putihnya atau belang-belangnya tidak, polos hitam itu namanya بُهْم. Berarti dia adalah kuda-kuda yang semuanya berwarna hitam dari awal sampai akhir semuanya berwarna hitam kecuali satu saja ada kuda yang kepalanya dahinya putih dan kaki dan tangannya putih
أَلَا يَعْرِفُ خَيْلَهُ؟
Apakah laki-laki ini mengenal kuda yang غُرٌّ مُحَجَّلَةٌ tadi?
قَالُوا: بَلَى
Mereka mengatakan iya.
فَإِنَّهُمْ يَأْتُونَ غُرًّا مُحَجَّلِينَ مِنَ الوُضُوءِ،
Setelah Beliau ﷺ membuat permisalan ini, dan boleh seseorang membuat permisalan kalau memang tidak bertentangan dengan dalil.
Karena manusia di sini ada dua jenis, ada sebagian mereka membuat perumpamaan-perumpamaan, cantolan-cantolan tapi kalau dilihat ternyata cantolan tadi tidak sesuai dengan dalil, ini bahaya, bahaya dengan sebagian yang memperbanyak permisalan- permisalan tadi karena orang awam ketika mereka mendengar dan mereka tidak tahu tentang dalil, ketika membuat permisalan dan perumpamaan tadi masuk ke akal mereka menganggap ini sesuatu yang pasti, sesuatu yang hak, sehingga dengan mudah mereka mengikuti perumpamaan-perumpamaan tadi.
Seperti misalnya orang yang mengumpamakan bahwasanya kita memiliki tujuan yang sama yaitu ingin baik, ingin masuk ke dalam surga. Ini perumpamaannya seperti orang yang mau ke Jakarta, terserah dia mau melewati tol yang mana semuanya meskipun tolnya berbeda akan menuju ke kota yang sama yaitu Jakarta. Kemudian mengatakan ana ikut aliran ini antum ikut aliran tersebut, yang penting kita Istiqomah tidak keluar dari jalan tol tadi kita akan sampai sama-sama ke Jakarta, oh iya ya benar berarti. Ini hati-hati dengan cantolan-cantolan seperti ini, dilihat dalilnya dulu kalau sesuai dengan dalil silahkan dipake kalau tidak sesuai dengan dalil berarti ini adalah perumpamaan yang salah.
Karena Allāh ﷻ menyebutkan dalam banyak dalil bahwasanya jalan menuju Allāh ﷻ itu hanya satu bukan berbilang, jadi mengumpamakan jalan menuju Allāh ﷻ dengan jalan jalan menuju Jakarta tadi ini adalah permisalan yang salah dan banyak aliran-aliran yang membuat perumpamaan-perumpamaan seperti ini dan banyak yang tertipu, maka kita harus kritis melihat apakah perumpamaan ini sesuai dengan dalil atau tidak.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]