Halaqah yang ke-77 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Maka Beliau ﷺ mengucapkan
وَمَنْ سَنَّ فِي الإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً؛ كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ إلى يوم القيامة، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Barangsiapa yang mengamalkan di dalam Islam; dia sudah mendapatkan hidayah kepada Islam, ada orang yang dia mengamalkan di dalam Islam sunnah jahiliyah artinya sunnah Jahiliyah, sunnah yang bertentangan dengan Islam. Bahwasanya jahiliyah adalah segala sesuatu yang bertentangan dengan Islam, dia amalkan di dalam Islam ini, dia seorang muslim tapi justru malah mengamalkan amalan-amalan jahiliyah, dianggapnya ini adalah bagian dari Islam padahal dia adalah sunnah jahiliyah sudah diberikan hidayah kepada Islam tapi dia masih melakukan sunah jahiliyah.
كَانَ عَلَيْهِ وِزْرُهَا
maka dia mendapatkan dosa dari mengamalkan amalan jahiliyah ini
وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ إلى يوم القيامة
Dan dia akan mendapatkan dosa dari orang-orang yang mengamalkan sunnah yang jahiliyah tadi setelahnya sampai hari kiamat
مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
tanpa mengurangi dari dosa-dosa mereka sedikitpun.
Jadi kalau ini dosa atau bid’ah maka orang yang pertama tadi dan dia yang pertama kali membuat bid’ah tadi dan diamalkan oleh manusia meskipun dia tidak mendakwahkan tapi diikuti, orang melihat dia kemudian mengikuti amalannya padahal itu adalah amalan yang bid’ah maka dia mendapatkan dosanya, عَلَيْهِ وِزْرُهَا dan dia mendapatkan dosa orang-orang yang mengikutinya. Termasuk di dalam sunnah jahiliyah adalah apa? Bid’ah, karena bid’ah ini tidak ada ajarannya di dalam agama Islam, bertentangan dengan Islam dan bid’ah adalah jelas bertentangan dengan Islam
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Barang siapa yang mengamalkan sebuah amalan tidak ada di dalam agama kami, berarti setiap yang bid’ah itu adalah bertentangan dengan Islam. Hadist ini diriwayatkan oleh imam Muslim tapi lafadz nya adalah sunnah sayyi’ah bukan sunnah jahiliyah tapi sunnah sayyi’ah
مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعمل بِهَا بَعْدَهُ
Kemudian diamalkan oleh orang setelahnya
كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلَا يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Ini lafadznya, adapun sunnah jahiliyyah wallahu a’lam siapa yang mengeluarkan dengan lafadz sunnah jahiliyah tapi yang kita dapatkan didalam sahih muslim adalah sunnah sayyiah dan maknanya sama, sayyiah adalah yang jelek sunnah sayyiah di antaranya masuk di dalam sunnah yang jelek adalah bid’ah karena bid’ah ini adalah sayyiah meskipun dilihat oleh manusia sebagai yang hasanah.
كل بدعة ضلالة وإن رآها الناس حسنة
Meskipun manusia melihat itu adalah baik, selama itu adalah bertentangan dengan Islam maka dia adalah sunnah yang sayyiah.
Kenapa beliau mendatangkan hadits ini di dalam bab bid’ah itu lebih jelek daripada kaba’ir, karena di dalam hadits ini disebutkan tentang jeleknya bid’ah yang tidak dimiliki oleh kaba’ir yaitu apa, biasanya orang yang melakukan bid’ah dihiasi-hiasi oleh setan menganggap itu adalah baik dan orang yang melihatnya juga demikian dihiasi-hiasi oleh setan kemudian mereka menganggap apa yang dilakukan oleh orang tadi yang sebenarnya adalah bid’ah dianggap itu adalah sesuatu yang baik, itu keadaan bid’ah, menganggap itu adalah baik digunakan untuk bertaqarrub kepada Allah ﷻ sehingga banyak orang yang mengikuti dan menganggap itu adalah baik yang bisa mendekatkan diri mereka kepada Allah ﷻ. Berbeda dengan kaba’ir, berbeda dengan dosa-dosa besar maka fitrah muslimin mereka tahu bahwasanya itu adalah sebuah kejelekan sampai ahlul bid’ah sendiri mengakui bahwasanya itu adalah sebuah kemaksiatan.
Kita sepakat dengan mereka zina ini adalah perkara yang diharamkan, ada orang yang menghalalkan zina sampai ahlul bid’ah pun juga mengingkari yang demikian ini adalah termasuk sesuatu yang diharamkan. Riba, ahlul bid’ah juga ikut mengingkari yang demikian, meminum minuman keras juga demikian artinya dosa-dosa besar meskipun mungkin ada yang melihat kemudian tergoda dan ikut tapi dia juga meyakini bahwasanya itu sebenarnya tidak boleh ada orang yang dia merokok dilihat oleh temannya ikut merokok tetapi ketika dia ikut merokok bukan berarti dia menganggap itu baik mungkin setelah itu dia benci dan melempar rokok tadi dan mungkin, kenapa aku mengikuti si fulan, dia mengikuti dan dia tahu bahwa itu adalah jelek sehingga dia pun mungkin sembunyi-sembunyi dan dia pun tidak menyuruh keluarganya menyuruh anaknya untuk melakukan demikian menyembunyikan dosa tadi dari anaknya dan istrinya dan dari orang yang dari orang lain.
Itu keadaan orang yang melakukan dosa besar, berbeda dengan orang yang mengikuti orang yang melakukan bid’ah tadi, dia mungkin mengikutinya kemudian ketika sampai rumah dia sampaikan itu kepada keluarganya ini ada amalan yang baru, kemudian disebutkan kertasnya aku mengamalkan ini mengamalkan itu nanti kamu lulus ujian nanti kamu dimudahkan rezekinya dan seterusnya menganggap ini adalah suatu yang baik sehingga tersebar bid’ah tadi dan masing-masing menganggap itu adalah perbuatan yang baik.
Itu adalah keadaan bid’ah dan ini menunjukkan tentang bahayanya bid’ah karena orang yang melakukannya biasanya dia mendakwahkan mengajak orang lain untuk melakukan bid’ah tadi menganggap itu adalah qurba (ibadah) kepada Allah ﷻ, bangga ketika bisa mendakwahkan sehingga semakin banyak orang yang mengamalkan bid’ah tadi maka akan semakin besar dosanya.
Berbeda dengan dosa-dosa yang besar, ini biasanya orang tidak mendakwahkan kepada orang lain malu untuk mendakwahkan ini kepada orang lain, dia sendiri malu untuk tersingkap perbuatannya dihadapan orang lain bagaimana dia mengajak orang lain untuk melakukan amalan tadi. Ini menunjukkan tentang bahayanya bid’ah karena biasanya orang mudah untuk meniru dan mengamalkan amalan bid’ah tersebut karena dianggap ini adalah perkara yang baik sehingga kalau mudah orang menirunya maka akan semakin besar dosa orang yang mengamalkan pertama kali berbeda dengan dosa besar.
Ini adalah hadits Jarir ibn Abdillah yang dikeluarkan oleh al-imam Muslim.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]