Halaqah yang ke-57 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mendatangkan ucapan dari Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma karena masih berkaitan dengan ayat yang beliau gunakan sebagai dalil tentang kewajiban untuk masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, sehingga beliau mendatangkan ucapan Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma untuk menjelaskan tentang makna :
(يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ )(آل عمران: من الآية106)
Barulah setelah itu beliau mendatangkan hadits yang menunjukkan tentang kewajiban masuk ke dalam agama Islam secara keseluruhan.
Jadi bukan berarti beliau di sini mendahulukan ucapan Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma daripada ucapan Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam, tidak. Tapi beliau mentaqdim ucapan Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma untuk menjelaskan ayat yang beliau bawakan.
Asalnya adalah ayat, hadits, kemudian baru ucapan sahabat.
وعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : ((لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيلَ تَفَرَّقَتْ عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ مِلَّةً كُلُّهُمْ فِي النَّارِ إِلَّا مِلَّةً وَاحِدَةً )) قَالُوا : وَمَنْ هِيَ يَا رَسُولَ اللَّهِ ؟ قَالَ : (( مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي))
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى أُمَّتِي مَا أَتَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ
Akan datang kepada umatku apa yang datang kepada Bani Israil.
Kata لَيَأْتِيَنَّ menunjukkan tentang sungguh-sungguh akan datang. Karena Lam di sini dan nun taukid yang ada di akhir, ini menunjukkan tentang penguatan.
Sungguh-sungguh akan datang, akan mendatangi umatku apa yang telah mendatangi Bani Israil. Dan Bani Israil di sini masuk di dalamnya orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani. Dua-duanya adalah Bani Israil. Jangan kita menganggap bahwasanya maksudnya di sini hanya orang-orang Yahudi saja. Bahkan orang-orang Nasrani, diutus kepada mereka Taurat dan juga Injil.
حَذْوَ النَّعْلِ بِالنَّعْلِ
Seperti keseimbangan antara sebuah sandal dengan sandal yang lain.
Beliau ingin menggambarkan bagaimana benar-benar akan datang kepada umat Islam apa yang datang kepada orang-orang Bani Israil.
Apa yang terjadi pada mereka, orang-orang Bani Israil akan menimpa umat Islam. Apa yang mereka lakukan akan diikuti oleh umat Islam. Sampai saking serupanya, saking mengikutinya, seperti keseimbangan antara sandal dengan sandal yang lain.
Kalau kita lihat masing-masing dari sandal kita, ukurannya sama, warnanya juga sama, bentuknya juga sama, sampai diibaratkan oleh Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam, mengikutinya umat Islam terhadap cara orang-orang Bani Israil, adalah seperti sandal dengan sandal yang lain.
Kalau di situ ada dia yang kanan, berarti kebanyakan, gholibnya, di situ ada yang kiri juga. Kalau dia ada di rumah, maka yang satunya ada di rumah. Kalau yang ada satunya ada di masjid, maka yang satunya juga ada di masjid. Ini menunjukkan bagaimana syiddah tasyabbuhnya sebagian umat Islam terhadap apa yang dilakukan oleh Bani Israil sebelum kita.
Kemudian beliau memperkuat lagi dengan ucapan beliau :
حَتَّى إِنْ كَانَ مِنْهُمْ مَنْ أَتَى أُمَّهُ عَلَانِيَةً
Seandainya ada di dalam fiihim, Bani Israil. Seandainya ada di antara mereka yang mendatangi ibunya (maksudnya adalah mendatangi sebagaimana dia mendatangi istrinya), alaniyah, dengan terang-terangan, artinya tidak ada malu, tidak ada rasa sembunyi-sembunyi.
Di sini beliau ingin menjelaskan jangan dikira bahwasanya orang-orang Islam mengikuti mereka dalam perkara yang mubah saja, atau dalam perkara yang baik saja, tidak. Ternyata di dalam perkara yang merupakan kemaksiatan, bahkan kemaksiatan yang sangat maksiat, bahkan berzina adalah tercela dan muharrom.
Berzina dengan mahram maka ini lebih tercela dan lebih besar dosanya. Berzina dengan ibunya sendiri maka ini lebih besar dosanya. Harusnya umat Islam lebih jauh dan lebih bersih dari dosa-dosa tersebut. Tapi ternyata ada di antara mereka yang mengikuti orang-orang Bani Israil, termasuk di antaranya di dalam masalah dosa.
لَكَانَ فِي أُمَّتِي مَنْ يَصْنَعُ ذَلِكَ
Niscaya ada di dalam umatku orang yang melakukan demikian.
Beliau ingin menekankan lagi tentang bagaimana di antara umat Nabi Shallallâhu Alaihi Wasallam, ada di antara mereka yang yuqollid, yatasyabbah, dia mengikuti orang-orang Bani Israil, atau menyerupai dengan Bani Israil. Maka ini menjadi perhatian bagi kita.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]