Halaqah 56: Pembahasan Dalil Keempat Tafsiran Ibnu Abbas Dari QS Ali Imran 106

Halaqah 56: Pembahasan Dalil Keempat Tafsiran Ibnu Abbas Dari QS Ali Imran 106

Halaqah yang ke-56 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mendatangkan atsar dari Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma, menafsirkan tentang firman Allah :
(يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ)(آل عمران: من الآية106)
Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram.
قال ابن عباس – رضي الله عنهما –
Berkata Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhuma,
في قوله تعالى: يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
Berkata Abdullah bin Abbas semoga Allah meridhai keduanya, yaitu Abdullah dan Abbas, ketika menafsirkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
Pada hari di mana sebagian wajah itu akan terlihat, akan bersinar putih, dan pada waktu yang sama di hari tersebut, maka ada wajah-wajah yang hitam.
Dan tentunya hari jaza’ tersebut ada sebabnya di dunia. Apa yang terjadi saat itu adalah cerminan, dan panen, atau hasil dari apa yang dilakukan oleh seseorang di dunia.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
Pada hari di mana wajah ada yang putih bersih dan ada di antara wajah-wajah tersebut yang hitam legam. Bisa dia menjadi dalil yang lain. Dalil di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan tentang wajibnya yang masuk ke dalam Islam secara keseluruhan.
Dan nanti akan kita lihat seperti yang sudah kita sampaikan bahwasanya di dalam kitab ini, yaitu Fadhlul Islam, yang ingin beliau tekankan adalah tentang syahadat anna muhammadan Rasulullah. Lebih khusus lagi tentang kewajiban untuk mengikuti sunnah dan meninggalkan bid’ah.
Dan bahwasanya bid’ah ini bertentangan sekali dengan Islam. Keharusan kita adalah, bukan hanya di dalam masalah i’tiqod saja kita Islam, tapi juga di dalam masalah amaliyah, kita harus Islam juga. Dan di antara bentuknya adalah dengan mengikuti sunnah dan meninggalkan bid’ah.
Di sini akan mulai dan setelah bab ini akan kita lihat bagaimana beliau secara khusus membahas tentang masalah bid’ah.
Dan bahwasanya bid’ah ini adalah bertentangan dengan Islam itu sendiri.
Di sini beliau mendatangkan tafsirnya Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma.
Beliau mengatakan :
تبيض وجوه أهل السنة والائتلاف، وتسود وجوه أهل البدع والاختلاف.
Akan putih wajah-wajah Ahlussunnah dan ahli al-i’tilaf.
Apa yang dimaksud dengan i’tilaf? Al-ijtima’.
يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ
Disebutkan atsar dari Abu Umamah.
فأما الذين اسودت وجوههم أكفرتم بعد إيمانكم”، قال: هم الخوارج.
تبيض وجوه أهل السنة والائتلاف، وتسود وجوه أهل البدع والاختلاف.
Di sini dinukil oleh Ibnu Katsir :
وقوله تعالى : ( يوم تبيض وجوه وتسود وجوه ) يعني : يوم القيامة ، حين تبيض وجوه أهل السنة والجماعة ، وتسود وجوه أهل البدعة والفرقة ، قاله ابن عباس ، رضي الله عنهما .
Tapi, tentunya dalam tafsir Ibnu Katsir, beliau meringkas, tidak disebutkan sanadnya.
Di sini disebutkan,
ذكره أبو بكر أحمد بن علي بن ثابت الخطيب البغدادي
Ada dalam tafsir Ibnu Abi Hatim dengan sanad beliau.
عن سعيد بن جبير عن ابن عباس في قوله يوم تبيض وجوه وتسود وجوه قال تبيض وجوه أهل السنة والجماعة
Kemudian
قول تعالى وتسود وجوه وبه عن ابن عباس وتسود وجوه قال تسود أهل البدع والضلالة
Berarti bisa ditulis, dikeluarkan oleh Imam Abu Hatim di dalam tafsirnya.
Dengan lafadz bukan Ahlussunnah Wal i’tilaf tapi Ahlussunnah Wal jamaah.
تبيض وجوه أهل السنة والجماعة
تسود أهل البدع والضلالة
Berarti penamaan Ahlussunnah Wal jamaah, ini bukan penamaan yang muta’akhir, bahkan seorang sahabat, yaitu seperti Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, sudah menggunakan lafadz ini.
Dan lawan dari Ahlussunnah Wal jamaah adalah ahlul bid’ah wa adh-dholalah. Ini tafsir dari turjumanul Qur’an, Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, yang kita tahu tentang keutamaan beliau dan ilmu beliau di dalam masalah tafsir Al-Qur’an.
Beliau menafsirkan wajah-wajah yang memutih tadi adalah wajah-wajah siapa? Ahlussunnah Wal jamaah. Karena mereka masuk Islam secara keseluruhan, tidak setengah-setengah, seperempat-seperempat, tapi masuk Islam secara keseluruhan.
Adapun Ahlul bida’, maka wajah mereka akan menjadi hitam, karena mereka tidak kaffah di dalam Islam mereka. Tapi mereka melakukan bid’ah. Mereka melakukan bid’ah-bid’ah. Dan ini seseorang melakukan bid’ah, ini menunjukkan ketidaksempurnaan Islam yang dia miliki.
Sudah kita jelaskan berulangkali, bahwasanya termasuk konsekuensi dari keislaman seseorang adalah pasrah di dalam masalah tata cara ibadah. Tidak perlu dia membuat sesuatu yang baru, pokoknya ana manut dengan apa yang tersebut di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Kalau ada dalilnya ana amalkan. Kalau tidak ada dalilnya maka saya tidak amalkan. Ini yang namanya pasrah.
Adapun Ahlul bida’, masih ada Nau, membangkang, ingin menentang, ingin membuat sesuatu yang baru yang tidak ada di dalam dalil yang shahih. Karena sebab inilah, akhirnya mereka di akhirat akan menjadi gelap wajah mereka.
Bagaimana segi pendalilannnya?
Jelas di sini menunjukkan tentang wajibnya masuk ke dalam Islam secara keseluruhan, karena di sini ada ancaman dengan hitamnya wajah bagi orang yang tidak Islam secara kaffah. Di antaranya adalah Ahlul bida’. Di antaranya adalah ancaman tentang hitamnya wajah di hari kiamat bagi Ahlul bida’ yang mereka adalah bagian dari orang-orang yang tidak Islam secara kaffah, menunjukkan tentang haramnya tidak Islam secara kaffah, dan menunjukkan tentang wajibnya masuknya ke dalam Islam secara kaffah. Karena di sini ada ancaman sampai hitam wajahnya, menunjukkan tentang haramnya perbuatan mereka, yaitu memisah-misahkan agama ini. Dan menunjukkan tentang wajibnya menerima Islam secara kaffah dan masuk ke dalam Islam secara kaffah, seluruhnya.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top