Halaqah 28: Bab 03 Tafsirul Islam – Pembahasan Dalil Ketiga Hadits Dari Sahabat Abdullah Bin Amr

Halaqah 28: Bab 03 Tafsirul Islam – Pembahasan Dalil Ketiga Hadits Dari Sahabat Abdullah Bin Amr
Halaqah yang ke-28 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan
وفيه عن أبي هريرة
Kalau yang diucapkan beliau ada dua kemungkinan.
Kemungkinan yang pertama – وفيه – dhomir kepada hadits yang Shahih, di dalam hadits yang Shahih dari Abu Hurairah, atau maksudnya adalah di dalam hadits yang mutafaqun ‘alaih, & benar bahwasanya Hadits Abu Hurairah ini diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim,
وفيه عن أبي هريرة
Dan di dalamnya dari hadits Abu Hurairah, Allāhua’lam disini tidak ada disebutkan bahwasanya hadits ini diriwayatkan oleh Abu Hurairah, tapi Hadits Abdullah Ibnu Amr diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim tapi di dalam riwayat Bukhari ini lebih lengkap,
والمهاجر من هجَر ما نهى الله عنه
ini diriwayatkan oleh imam Bukhori, berarti lafadz nya disini
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجَر ما نهى الله عنه
Ini diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abdullah Ibnu Amr, lafadz dari Bukhari,
والمهاجر من هجَر ما نهى الله عنه
Ini adalah tambahan dari Shahih Bukhori.
Beliau mengatakan marfu’an, berarti diangkat sampai Nabi ﷺ .
المسلم
Siapa seorang Muslim yang sebenarnya, dia adalah
من سلم المسلمون من لسانه ويده
Seorang yang orang Islām yang lain selamat dari lisan dan tangannya.
Dan ini adalah syahid di dalam hadits ini, beliau ingin menunjukkan kepada kita tentang orang Islām yang sebenarnya itu bagaimana, apakah dia hanya sekedar i’tiqod nya benar, bertauhid kepada Allāh ﷻ kemudian secara dzhohir dia melakukan ibadah² yang dzhohir (shalat, puasa, Zakat haji) apakah terbatas hanya itu,tidak.
Ternyata seorang Muslim yang sebenarnya karena dia sudah tunduk semua nya, dzhohir dan bathin nya semua nya tunduk termasuk diantaranya adalah lisan dan tangannya, karena dia sudah tunduk pasrah kepada Allāh ﷻ, dan Allāh ﷻ menyuruh dia untuk menjaga lisan
وقولوا قولا سديدا يصلح لكم أعمالكم ويغفر لكم ذنوبكم
Karena dia sudah tunduk kepada Allāh ﷻ sebelumnya kemudian Allāh ﷻ mengatakan,
وقولوا قولا سديدا
Kalau ucapan mu lurus, engkau menjaga ucapan mu maka Allāh ﷻ akan memperbaiki amalanmu, ini menunjukkan hubungan yang erat antara menjaga lisan dengan Istiqomahnya amalan seseorang, kadang seseorang mengetahui Istiqomahnya seseorang diluar sana dilihat dari ucapannya, karena
قولوا قولا سديدا
Ketika kita menjaga lisan kita maka Allāh ﷻ akan memperbaiki amalan kita.
Tapi kalau seseorang tidak menjaga lisan nya maka ini alamat bahwasanya tidak ada keistiqomahan di dalam amalan nya, sangat erat hubungannya antara lisan dengan amalan anggota badan.
يصلح لكم أعمالكم
Kapan kita menjaga lisan kita, Maka dia tunduk, Ya Allāh ﷻ Engkau telah memerintahkan aku untuk menjaga lisan maka aku tundukan lisan ini dan tidak akan berbicara dengan ucapan yang menyakiti persaudaraan, benar² tunduk baik dari sisi aqidahnya maupun di dalam ibadah² dzhohir nya maupun ucapan dia kepada saudara yang lain, dia mengucapkan sesuatu selalu ingat bahwa sudah Islam/sudah menyerahkan diri kepada Allāh ﷻ maka aku tundukan lisan ini aku serahkan lisan ini kepada Allāh ﷻ, tidak berbicara kecuali dalam apa yang di ridhoi oleh Allāh ﷻ,
ويده
Demikian pula tangannya.
Dia tundukan tangannya sehingga, orang Islām yg lain selamat dari apa yang dilakukan oleh tangannya , bagaimana tangan ini tidak bergerak kecuali dalam ke ridhoan Allāh ﷻ, tidak digunakan memukul tanpa hak, ketika akan memukul orang lain atau anaknya dia sadar bahwa aku tunduk kepada Allāh ﷻ/bahwa aku sudah Islam, maka tangan ini tidak boleh digerakkan kecuali dalam apa yang diridhai oleh Allāh ﷻ. Ketika akan bergerak ditahan, kita semua sudah islam, lisan, tangan hati kita sudah Islām semua nya maka jangan melakukan sesuatu dengan yang bertentangan dengan pasrah nya kita kepada Allāh ﷻ.
Berarti Islām yang dimaksud oleh beliau disini mencakup di dalam nya, Islām di dalam masalah akhlak, akhlak seorang Muslim adalah akhlak yang tercermin dari pasrah nya dia kepada Allāh ﷻ, kalau dia sudah pasrah total kepada Allāh ﷻ maka akhlak nya juga mengikuti apa yang diridhai Allāh ﷻ.
Jangan dia bermuamalah dengan yang lain mengikuti hawa nafsunya, mencela, memukul dengan tangannya & sebagian Ulama menjelaskan bahwasanya
من لسانه
Bukan hanya sekedar ucapan yang diucapkan seseorang tapi juga selamat orang lain dari gerakan mulut nya yang mencerminkan kebencian atau celaan , terkadang seseorang tidak berbicara tetapi dia gerakkan mulut nya sehingga dari gerakan mulut nya diketahui bahwasanya dia menghinakan orang lain, digerakkan mulutnya dengan maksud ingin mencela/merendahkan orang lain.
Demikian pula masuk di dalam
ويده
Bukan hanya sekedar memukul atau menggerakkan senjata untuk membunuh tetapi masuk di dalamnya adalah tulisan, hasil karya tangan ini juga bisa menjadikan muslim lain celaka, dengan tulisan bisa menyakiti hati orang lain bisa menimbulkan fitnah diantara dua orang diantara satu suku dengan suku yang lain. Maka seorang Muslim adalah orang Islam yang lain selamat dari perilaku lisan dan maupun perilaku tangannya, semuanya dia tundukan, tidak ingin menjadikan tangan dan lisan nya ini menjadi orang Islām yang lain terluka, menjadi orang Islām yang lain tidak selamat dari kejelekan dia.
Maka disini kita memahami beliau ingin memberi isyarat kepada kita bahwasanya Islām yang sebenarnya mencakup semua nya, baik dari sisi aqidah kita pasrahkan dan kita yakini, kita pasrah kepada Allāh ﷻ dengan tauhid kemudian secara ibadah kita pasrahkan dzhohir dan bathin kita hanya kepada Allāh ﷻ dengan shalat, zakat dan seluruh ibadah yang lain, kemudian kita pasrah kepada Allāh ﷻ juga kita dari sisi akhlak kita, kita tundukan hanya kepada Allāh ﷻ bukan mengikuti hawa nafsu di dalam bermuamalah dengan manusia,
Inilah Islām yang sebenarnya yang disebutkan keutamaan di dalam bab pertama dan disebutkan wajibnya di dalam bab kedua, jangan dibayangkan Islām hanya perkara yang dzhohir saja masalah shalat, zakat, puasa saja atau Islām hanya di dalam masalah Tauhid saja tapi dia menyepelekan tentang masalah shalat, Islām bukan masalah akhlak saja yang penting akhlaknya baik kemudian dia meninggalkan shalat, puasa, yang penting habluminannas, tidak, Islām mencakup semua nya itu.
Kemudian beliau mengatakan,
والمهاجر من هجَر ما نهى الله عنه
Dan orang yang berhijrah yang sebenarnya adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allāh ﷻ.
Bukan hanya hijrah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain tapi amalan nya tetap seperti itu , meninggalkan teman ke teman yang lain tetapi amalannya tetap seperti itu. Berhijrah yang sebenarnya adalah amalan, berhijrah dari amalan yang jelek menuju amalan yang baik, kenapa kita berhijrah dari negeri satu ke negeri yang lain maksud nya karena ingin berubah amalannya, kenapa kita berhijrah meninggalkan teman yang jelek menuju teman yang baik karena ingin berubah amalan, jadi intinya pada amalan. Jangan hanya sekedar hijrah secara dzhohir saja berbondong² berpindah dari satu negeri ke negeri yang lain tapi ternyata sampai ke negeri yang sana amalan tetap seperti itu, bukan itu yang dimaksud, berhijrah ke negeri yang lebih baik maksudnya adalah supaya berubah amalan nya dari yang jelek menuju yang baik.
Berhijrah dari teman yang jelek ke teman yang baik maksudnya bukan hanya sekedar berpindah teman saja tapi supaya semakin baik amalan kita ketika memiliki teman yang baik, tetapi ketika kita memiliki teman yang baik ternyata amalan kita sama saja maka ini belum paham apa yang dimaksud dengan hijrah.
Hijrah yang sebenarnya adalah kalau kita meninggalkan apa yang dilarang oleh Allāh ﷻ, Hadits ini diriwayatkan oleh Al Imam Bukhori dan Muslim dari Abdullah bin Amr dan lafadz nya disini
والمهاجر من هجَر ما نهى الله عنه
Tambahan yang ada di dalam Shahih Bukhori.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top