Dan hubungan antara rasul yang terakhir dengan nabi yang terakhir, kalau kenabian sudah ditutup maka otomatis kerasulan sudah ditutup, karena nabi lebih luas lebih umum daripada rasul. Sebagaimana dalam hadits, ketika beliau ﷺ ditanya tentang jumlah para nabi
قُلتُ: يا رسولَ اللهِ، كم وَفَّى عِدَّةُ الأنبياءِ؟
Ya Rasulullah, berapa jumlah seluruh para nabi? Beliau mengatakan
مِئةُ ألْفٍ وأربعةٌ وعشرونَ ألْفًا
124.000. Itu jumlah para nabi maka ini jumlah yang sangat banyak sekali, 124.000 Allah ﷻ sebarkan di dunia ini untuk menegakkan hujjah atas manusia.
الرُّسُلُ مِن ذلك ثلاثُ مِئةٍ وخَمسةَ عَشَرَ جَمًّا غَفيرًا
Yang merupakan rasul diantara mereka (yaitu di antara 124.000 ada yang kedudukannya sebagai seorang rasul, الرُّسُلُ مِن ذلك berarti الرُّسُلُ disini adalah bagian dari أنبياءِ karena beliau mengatakan الرُّسُلُ مِن ذلك) adalah 315 orang.
Menunjukkan bahwasanya rasul adalah bagian dari nabi, setiap rasul adalah nabi dan tidak setiap nabi adalah rasul, seperti Rasulullah ﷺ nabiyyan rasulan, beliau mendapatkan wahyu kenabian dan wahyu kerasulan. Berarti 315 ini adalah termasuk nabi ﷺ juga, rasul sekaligus nabi.
Kalau misalnya kenabian sudah ditutup otomatis kerasulan sudah ditutup karena rasul adalah bagian dari kenabian, kalau kenabian sudah di khatam sudah ditutup maka kerasulan otomatis juga ditutup. Disini beliau mengatakan
وآخرهم محمد ﷺ وهو خاتم النبيِّين لا نبى بعده
Beliau ﷺ adalah rasul yang terakhir sekaligus beliau ﷺ adalah nabi yang terakhir karena rasul yang terakhir belum tentu dia nabi yang terakhir tapi kalau nabi yang terakhir berarti otomatis tidak ada rasul setelahnya, tapi kalau dia sebagai rasul yang terakhir kemungkinan ada nabi setelahnya tapi kalau dikatakan kenabian sudah ditutup berarti tidak mungkin ada kerasulan setelahnya.
Kemudian beliau mengatakan,
لا نبى بعده
tidak ada nabi setelahnya, dan beliau mendatangkan kalimat ini karena demikian di dalam hadits, di dalam hadits Nabi ﷺ ketika menyebutkan akan datangnya كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ
وَلَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَأْتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
وَإِنَّهُ سَيَكُونُ في أُمَّتِي كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ
Akan ada dikalangan umatku, yaitu akan muncul ditengah-tengah umatku كَذَّابُونَ ثَلَاثُونَ, bukan berarti bahwasanya mereka adalah orang yang masih di dalam keislamannya, kalau dia mengaku menjadi nabi setelah Nabi ﷺ jelas dia keluar dari agama Islam. Maksudnya adalah akan muncul di tengah-tengah umatku orang-orang yang pendusta yang jumlah mereka ada 30
كُلُّهُمْ يَزْعُمُ أَنَّهُ نَبِيٌّ
Masing-masing dari mereka menganggap dirinya adalah nabi
وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
dan aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi setelahku.
Jadi di dalam matan ini beliau mengatakan
وهو خاتم النبيِّين لا نبى بعده
mengikuti apa yang dikatakan oleh Nabi ﷺ. Dan penyebutan لَا نَبِيَّ بَعْدِي ini tidak sia-sia, dia adalah menjelaskan kalimat خاتم النبيِّين, maknanya لا نبى بعده, tidak ada nabi setelah beliau karena kalimat خاتم bisa maknanya adalah penutup, stempel, sebagaimana stempel itu adalah dilakukan terakhir, kalau semuanya sudah benar baru setelah itu terakhir distempel. خاتم, stempel itu adalah yang terakhir dilakukan, tidak di خاتم kecuali semuanya sudah beres artinya dia adalah yang terakhir kali.
Ada yang mengartikan خاتم disini adalah cincin خاتم, kemudian dia mengatakan yang namanya cincin itu hanya sekedar sebagai perhiasan, artinya beliau ﷺ kata mereka hanyalah perhiasan saja, penghias saja untuk para nabi, pengindah, tidak menunjukkan bahwasanya beliau ini penutup.
Ada yang mengartikan demikian namun tafsir seperti ini batil karena setelahnya Nabi ﷺ mengatakan ‘Tidak ada nabi setelahku’. Dengan adanya kalimat ini kita mengetahui kebatilan orang yang mengartikan خاتم dengan hanya sekedar itu sebagai cincin saja, tetapi maknanya adalah penutup para nabi, sehingga beliau di sini mendatangkan kalimat ini sebagaimana Rasulullah ﷺ juga mendatangkan kalimat yang sama.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Utsul Tsalatsah]