Beliau mengatakan,
ولم يتركْنا هملاً
“Dan Allah tidak meninggalkan kita hidup di dunia ini – هملاً – dengan sia-sia.”
بل أرسلَ إلينا رسولا
“Akan tetapi Allah mengutus kepada kita seorang Rasul.”
Kita diciptakan di dunia ini dan diberikan rezeki dan tidak dibiarkan oleh Allah dalam keadaan sia-sia. Artinya sia-sia: tidak diperintah, tidak dilarang, tidak dihisab, tidak dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah telah menciptakan kita dan memberikan rezeki kepada kita ada hikmahnya, ada tujuannya, diketahui oleh orang yang mengetahui dan tidak diketahui oleh orang yang tidak mengetahui.
Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan kita adalah untuk beribadah kepada-Nya. Dan tidaklah Allah memberikan rezeki kepada kita dengan berbagai jenisnya kecuali supaya kita jadikan rezeki tersebut sebagai wasilah dalam kita beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Diberikan kita nafas, diberikan kita makanan, diberikan kita minuman, tujuannya adalah supaya digunakan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bukan digunakan untuk berbuat maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
ولم يتركنا هملا
Allah tidak akan membiarkan kita hidup di dunia ini tanpa tujuan, tanpa diperintah, tanpa dilarang, tanpa dihisab di hari kiamat.
بل أرسلَ إلينا رسولا
“Tapi Allah Subhānahu wa Ta’āla telah mengutus kepada kita seorang Rasul.”
Yaitu Rasulullah ﷺ yang datang utusan tersebut dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan membawa perintah Allah supaya kita menjalankan perintah Allah tersebut sesuai dengan kemampuan kita.
Di sana ada perintah untuk melakukan shalat lima waktu, puasa Ramadhan, melakukan haji bila terpenuhi syarat wajibnya, perintah untuk membayar zakat. Itu semua pada hakikatnya adalah perintah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang dibawa oleh Rasulnya Nabi Muhammad ﷺ dan Beliau ﷺ sebagai seorang Rasul diutus kepada kita dengan membawa larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang kita diperintahkan untuk menjauhi dan meninggalkan larangan tersebut tanpa terkecuali, yang kecil maupun yang besar.
Dan diantara larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah larangan untuk berbuat syirik, larangan untuk berbuat bid’ah di dalam agama, larangan untuk berbuat maksiat dengan berbagai jenisnya, ini semua pada hakikatnya adalah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
بل أرسلَ إلينا رسولاً
Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus kepada kita seorang Rasul, yaitu Rasulullah ﷺ,
فمنْ أطاعَهُ دخلَ الجنَّةَ ومنْ عصاهُ دخلَ النّارَ
“Barangsiapa yang mentaati Beliau maka dia akan masuk ke dalam surga dan barangsiapa berbuat maksiat kepada Beliau artinya tidak mentaati Beliau, maka dia akan masuk ke dalam neraka.”
Barangsiapa yang mentaati Rasulullah ﷺ, mentaati perintah Beliau, menjauhi larangan Beliau, membenarkan kabar yang datang dari Beliau, dan beribadah sesuai dengan cara yang Beliau ajarkan, maka orang yang demikian akan masuk ke dalam surga.
Tapi barangsiapa yang berbuat maksiat kepada Beliau, ketika Beliau memerintahkan tidak dikerjakan perintahnya, ketika Beliau melarang dilanggar larangannya, ketika Beliau mengabarkan sesuatu didustakan kabarnya, atau seseorang beribadah tidak sesuai dengan apa yang Beliau ajarkan ﷺ maka akibatnya/ancamannya adalah masuk ke dalam neraka, dan ini sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
۞ مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
[An Nisa 80]
“Barangsiapa yang taat kepada Rasul maka sungguh dia telah taat kepada Allah.”
Barangsiapa yang taat kepada Rasulullah ﷺ maka pada hakikatnya dia telah taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Beliau ﷺ adalah seorang utusan.
Tugas Beliau adalah hanya membawa dan menyampaikan apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Perintah Beliau tidak lain adalah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala disampaikan oleh Beliau ﷺ, larangan Beliau pada hakikatnya adalah larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, disampaikan oleh Beliau kepada umatnya. Di dalam sebuah hadits Beliau ﷺ mengatakan,
كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ إِلَّا مَنْ أَبَى ،
“Setiap umatku (umat Islam) akan masuk ke dalam surga kecuali orang yang enggan.”
قَالُوا : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى؟
“Para sahabat bertanya, Ya Rasulullah, siapa yang enggan masuk ke dalam surga?”
Maka Beliau ﷺ mengatakan,
قَالَ : مَنْ أَطَاعَنِي دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى
“Barangsiapa yang taat kepadaku maka dia masuk ke dalam surga dan barangsiapa yang tidak taat kepadaku/berbuat maksiat kepadaku maka dialah orang yang enggan untuk masuk ke dalam surga.”
Menunjukan bahwasanya untuk masuk ke dalam surga diharuskan seseorang taat kepada Rasulullah ﷺ.
Kemudian Beliau mengatakan,
و الدليل قوله تعالى
۞ إِنَّا أَرْسَلْنَا إِلَيْكُمْ رَسُولًا شَاهِدًا عَلَيْكُمْ كَمَا أَرْسَلْنَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ رَسُولًا
۞ فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا
[QS Al Muzzammil 15-16]
Beliau mengatakan, dalilnya yaitu dalil tentang wajibnya taat kepada Rasullullah ﷺ utusan yang telah diutus kepada kita, adalah firman Allah yang artinya,
“Sesungguhnya kami telah mengutus kepada kalian seorang Rasul (yaitu Nabi Muhammad ﷺ) yang Beliau adalah sebagai saksi atas kita sebagaimana Kami telah mengutus kepada Fir’aun seorang Rasul (yaitu Nabi Musa ‘alaihissalam).
فَعَصَىٰ فِرْعَوْنُ الرَّسُول
“Maka Fir’aun berbuat maksiat kepada rasul tersebut.”
Memaksiati Nabi Musa ‘alaihissalam, mendustakan Beliau, maka apa akibatnya?
َ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا
“Maka kami siksa dia (yaitu Fir’aun) dengan siksaan yang sangat pedih/yang sangat keras.”
Ditenggelamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia bersama bala tentaranya dan di alam kubur disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan siksaan di akhirat lebih dahsyat dari itu semua.
Akibat dari apa? Akibat dari memaksiati utusan, seorang Rasul yang telah diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dan ini adalah peringatan bagi kaum muslimin jangan sampai menimpa mereka apa yang telah menimpa Fir’aun dan bala tentaranya.
Diutus kepada mereka seorang Rasulullah (yaitu Nabi Musa ‘alaihissalam) kemudian mereka memaksiati, mendustakan, dan tidak mengikuti Beliau, maka akan mendapatkan adzab yang sangat pedih.
Dan ini menunjukan tentang wajibnya mentaati Rasulullah ﷺ.
Ini adalah perkara yang pertama yang ingin beliau sampaikan, perlu kita ketahui dan kita amalkan, yaitu bahwasannya Allah menciptakan kita, memberikan rezeki kepada kita, dan tidak meninggalkan kita dalam keadaan sia-sia (tidak diperintahkan, tidak dilarang, dan tidak dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala).
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]