والدليل قوله تعلى
“Dan dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
بسم الله الرحمن الرحيم
وَالْعَصْرِ
إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dalil dari empat perkara ini, kata beliau, adalah apa yang ada di dalam surat Al ‘Ashr, surat yang terdiri dari tiga ayat namun memiliki makna yang sangat dalam.
وَالْعَصْرِ
“Demi Masa,” kata Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan Allah bersumpah dengan apa yang Dia kehendaki. Bersumpah dengan masa, bersumpah dengan matahari, dengan bulan, dengan langit, namun seorang makhluk tidak boleh bersumpah kecuali dengan nama Allah, mengatakan Billah, Wallah.
Adapun Allah Subhanahu wa Ta’ala maka bersumpah sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah Subhanahu wa Taala.
“Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian.”
Sesungguhnya manusia – الْإِنسَانَ – maksudnya adalah An Naas, seluruh manusia berada di dalam kerugian.
إِلَّا kecuali, kata Allah, ada diantara manusia yang mereka tidak rugi.
Siapa mereka?
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Mereka adalah:
Yang pertama – الَّذِينَ آمَنُوا – orang yang beriman.
Yang ke dua – وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ – dan orang yang beramal sholeh.
Yang ke tiga – وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ – saling menasehati dengan kebenaran.
Yang ke empat – وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ – saling menasehati dengan kesabaran.
Perhatikan firman Allah – إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا – kecuali orang yang beriman.
Orang yang beriman tidak mungkin dia bisa beriman kecuali apabila dia mengilmui apa yang dia imani.
Bagaimana dia bisa beriman kepada Allah kalau dia tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana dia bisa mengenal Nabi Muhammad /beriman dengan Nabi Muhammad kalau dia tidak mengenal siapa Nabi Muhammad ﷺ.
Oleh karena itu firman Allah,
الَّذِينَ آمَنُوا
Ini berisi tentang dorongan untuk berilmu.
Yang ke dua,
وَعَمِلُوا الصَّالِحَات
“Beramal sholeh.”
Ini adalah dalil kewajiban untuk beramal.
وَتَوَاصَوْا بِالْحَق
“Dan saling berwasiat dengan kebenaran.”
Ini adalah dalil tentang dakwah. Seseorang saling berwasiat, saling menasehati satu dengan yang lain untuk berilmu, untuk beramal, dan ini adalah dinamakan dengan dakwah.
Yang terakhir
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Saling berwasiat dengan kesabaran.”
Ini adalah dalil perkara yang ke empat,
الصبر على الأذى فيه
“Bersabar di dalam rintangan yang dihadapi (dalam menuntut ilmu, beramal, dan juga berdakwah).”
Ini adalah dalil yang beliau sebutkan tadi tentang empat perkara yang wajib dipelajari oleh seorang muslim.
Kemudian beliau membawakan ucapan Imam Asy Syafi’i,
قال الشافعي رحمه الله
“Berkata Imam Syafii rahimahullah (semoga Allah merahmatinya beliau),”
Dan Imam Syafi’i adalah Muhammad bin Idris dan beliau adalah salah satu Imam yang empat yang dikenal kaum muslimin, yang beliau lahir pada tahun 150 H dan meninggal pada tahun 204 H.
Beliau mengatakan, menafsirkan tentang apa yang ada di dalam surat Al ‘Ashr,
لو ما أنزل الله حجة على خلقه إلا هذه السورة لكفتهم
Beliau mengatakan,
“Seandainya Allah tidak menurunkan sebuah hujjah untuk makhluknya kecuali surat ini, niscaya itu sudah cukup bagi mereka.”
Kenapa demikian? Karena di dalam surat Al ‘Ashr ada pondasi-pondasi yang tadi kita sebutkan: kewajiban untuk menuntut ilmu. Dan menuntut ilmu mencakup semua perkara. Demikian pula beramal dan disebutkan di dalamnya dakwah dan disebutkan di dalamnya kesabaran.
Ini adalah pondasi-pondasi yang apabila dipahami oleh seorang muslim maka ini sudah cukup untuk dia.
Ini adalah ucapan Imam Asy Syafi’i yang menyebutkan tentang keutamaan surat Al ‘Ashr ini, bahwasanya di dalamnya ada hujjah, seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menurunkan kepada makhluk-Nya (kepada hamba-Nya) kecuali surat Al’ Ashr ini niscaya ini sudah cukup bagi mereka untuk mendorong mereka mempelajari ilmu agama, untuk beramal sholeh, demikian pula untuk berdakwah, dan bersabar di dalamnya.
Kemudian beliau membawakan ucapan Imam Bukhari, dan Imam Bukhari adalah Muhammad bin Ismail dan beliau adalah seorang muhaddits yang memiliki kitab Shahih Al Bukhari yang merupakan kitab yang paling shahih setelah al-Quran dan beliau meninggal dunia pada tahun
256 H.
و قال البخاري رحمه الله
Beliau mengatakan di dalam kitabnya, Shahih Al Bukhari,
باب: العلم قبل القول والعمل
Bab ilmu sebelum ucapan dan juga amalan.
والدليل قوله تعالى – فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ ۗ
“Imam Bukhori rahimahullah ingin menyampaikan kepada kita di dalam kitabnya (karena di sana beliau membuat bab-bab, di sana ada bab alif, bab ba, dst dan diantaranya bab yang beliau sebutkan adalah
《باب: العلم قبل القول والعمل
bab bahwasanya ilmu itu sebelum ucapan dan juga amalan.
Seseorang sebelum mengucapkan, maka dia harus mengilmui apa yang dia ucapkan.
Seseorang sebelum beramal, maka dia harus mengilmui apa yang diamalkan.
Ini maksudnya mendorong kepada seseorang sebelum dia mengucapakan sesuatu dan mengamalkan sebuah ibadah hendaknya dia mengilmui bahwasanya ucapan tersebut memang ada dasarnya, demikian pula amalan tersebut ada dasarnya di dalam syari’at.
Kemudian beliau mengatakan dan dalilnya (kata Imam Bukhari) adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ
“Ketahuilah bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah – وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ – kemudian memohon ampunlah untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Pertama Allah mengatakan – فَاعْلَمْ – ini adalah dorongan untuk mengilmui (mempelajari), kemudian setelah itu Allah mengatakan – وَاسْتَغْفِرْ – baru setelah itu memohon ampunlah kepada Allah. Artinya berilmu dulu baru beramal.
Kemudian beliau mengatakan,
فبدأ بالعلم قبل القول والعمل
Maka Allah Subhanahu wa Taala memulai dengan Ilmu – قبل القول والعمل -sebelum mengucapkan dan sebelum perbuatan.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]