Setelah Banu Hasyim terlepas dari pemboikotan Quraisy, maka pada tahun ke-10 dari Kenabian, paman beliau yang bernama Abu Tholib meninggal dunia, setelah sebelumnya membela Nabi ﷺ, marah karena beliau, dan menolong beliau ﷺ, bersamaan dengan itu orang-orang Quraisy sangat menghormati beliau.
Di dalam shahih Al Bukhari disebutkan bahwa ketika Abu Tholib akan wafat, datanglah Rasulullah ﷺ menjenguk beliau
dan di samping Abu Tholib ada Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah (dua tokoh musyrikin).
Rasulullah ﷺ berkata,
“Wahai pamanku, katakanlah Laa ilaaha Illallah, sebuah kalimat yang aku akan membelamu di sisi Allah.”
Berkata Abu Jahl dan Abdullah bin Abi Umayyah,
“Apakah engkau membenci agama Abdul Mutholib?”
Maka Nabi pun ﷺ mengulangi lagi ucapan Beliau dan dua orang musyrikin juga mengulangi ucapannya. Sehingga ucapan terakhir Abu Thalib bahwa dia tetap berada di atas agama Abdul Mutholib dan dia tidak mengucapkan Laa ilaaha Illallah.
Kemudian Nabi ﷺ berkata,
“Aku akan memohonkan ampun untukmu selama aku tidak dilarang.”
Maka turunlah firman Allah azza wajalla,
مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ
[QS At-Taubah 113]
“Tidak boleh bagi seorang nabi dan orang-orang yang beriman untuk memohonkan ampun bagi orang-orang musyrikin.”
Dan Allah menurunkan ayat tentang Abu Thalib,
إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
[QS Al-Qashash 56]
“Sesungguhnya engkau tidak memberikan hidayah kepada orang yang engkau cintai akan tetapi Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki fan Dia lebih tau siapa orang yang mendapatkan petunjuk.”
Diantara sebab Abu Thalib menolak Islam yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ adalah fanatik terhadap agama pendahulu, takut dicela kaumnya, dan keyakinan-keyakinan jahiliyah yang sudah membekas di dalam dirinya dan susah untuk dirubah, demikian pula karena pengaruh teman-teman yang jelek.
Setelah meninggalnya Abu Thalib tentunya Rasulullah ﷺ kehilangan orang yang selama ini banyak membantu Beliau dan melindungi Beliau.
Di tahun yang sama, yaitu 3 tahun sebelum Beliau hijrah, meninggallah istri Beliau yg tercinta, Khadijah bintu Khuwailid, sebagaimana dalam shahih Bukhari, istri yg sudah banyak berjasa kepada Beliau, membantu Beliau dengan fisiknya maupun dengan hartanya.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Sirah Nabawiyah]