Hadis 5: Balasan Perbuatan Bid’ah

عَنْ أُمِّ الـمُؤْمِنِيْنَ أُمِّ عَبْدِ اللهِ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. رواه البخاري ومسلـم

وفي رواية لـمسلـم: مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Dari Ibunda kaum mu’minin, Ummu Abdillah ‘Aisyah radhiyallahu ’anha, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda: “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu (amalan) dalam urusan (agama) kami yang bukan dari kami, maka (amalan) itu tertolak.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dan dalam riwayat Muslim: “Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka itu tertolak.”

Perawi Hadis

Ummul Mu’minin Aisyah binti Abu Bakar Ash Shiddiiq radhiyallahu ‘anhuma adalah salah satu istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau radhiyallahu ‘anha dinikahi oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum hijrah dan menggaulinya di Madinah ketika itu usianya 9 tahun. Dan ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat usianya 18 tahun, ia radhiyallahu ‘anha adalah orang yang paling ahli dalam fikih dan paling ‘alim serta paling bagus pendapatnya. Beliau radhiyallahu ‘anha juga adalah suri tauladan dalam kedermawanan, banyak meriwayatkan hadits dan musnadnya mencapai 2210 hadits. Aisyah radhiyallahu ‘anha meninggal di Madinah sekitar tahun 57/58 H. Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menshalatkan dan memakamkannya di pekuburan baqi’.

Faedah Hadis

1.. Keharaman membuat perkara baru dalam agama Islam, walaupun dengan niat yang mulia, meskipun hati merasa cocok dan menerimanya, sebab ini termasuk perbuatan syaitan.

Ada beberapa pertimbangan dalam menentukan apakah suatu amalan sesuai dengan sunnah atau tidak, yaitu :

  • Amalan harus sesuai degan syariat dalam sebabnya. Contoh : seseorang yang shalat dua rakaat setiap kali masuk rumah dan menganggap hal itu sebagai perkara sunnah.
  • Amalan harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Contoh : apabila seseorang berkurban dengan kuda maka hal itu tertolak.
  • Amalan harus sesuai dengan syariat dalam hal ukurannya. Contoh : seseorang yang berwudhu kemudian membasuh anggota wudhu masing-masing sebanyak empat kali.
  • Amalan harus sesuai dengan syariat dalam teknisnya. Contoh : seseorang melakukan wudhu tetapi memulainya dengan membasuh kaki.
  • Amalan harus sesuai dengan syariat dalam waktunya. Contoh : melaksanakan shalat wajib sebelum waktunya (kecuali jamak atau qashar).
  • Amalan harus sesuai dengan syariat dalam ketentauan tempatnya. Contoh : seseorang yang ber-iktikaf bukan di masjid tetapi misalkan di kantor, di sekolah atau di rumahnya.

2.. Hukum asal suatu ibadah adalah dilarang sampai adanya dalil shahih yang membolehkannya.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top