عَنْ أَبِي مَسْعُوْدٍ عُقْبَةَ بِنْ عَمْرٍو الأَنْصَارِي الْبَدْرِي رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلاَمِ النُّبُوَّةِ الأُوْلَى، إِذَا لَـمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ. رواه البخاري
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ’anhu Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR. Bukhari)
Perawi Hadis
Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri radhiyallahu ’anhu, seorang sahabat yang mulia. Ia adalah seorng qori, ahli fikih dan ahli faraid. Seorang penyair yang fasih bahasanya, dan seorang pemimpin peperangan Islam. Uqbah termasuk sahabat yang paling bagus suaranya ketika membaca Alquran, hati para sahabat merasa khusyu’ ketika mendengar bacaan tartilnya, dan air mata mereka mengalir karena takut kepada Allah ta’ala. Uqbah telah berperang bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada perang Uhud dan beberapa peperangan setelahnya. Uqbah adalah salah seorang pemimpin pasukan kaum muslimin yang menaklukan Mesir, maka Amirul Mukminin Mu’awiyah memberinya penghargaan dengan menjadikannya sebagai wali Mesir selama tiga tahun. Kemudian ia diperintahkan untuk menaklukan pulau Rhodes di laut putih bagian tengah. Musnadnya mencapai 55 hadits. Ia meninggal pada tahun 58 H, dan dimakamkan di Kairo.
Faedah Hadis
- Warisan-warisan berupa ucapan dari umat-umat terdahulu ada yang masih bertahan sampai sekarang. Adapun yang kita peroleh dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam terbagi menjadi tiga macam : pertama, apa yang diakui oleh syariat tentang kebenarannya maka hal ini benar dan harus diterima, kedua, apa yang dinyatakan bathil oleh syariat maka hal ini bathil dan wajib ditolak, dan yang ketiga, syariat tidak membenarkan dan juga tidak menganggapnya bathil maka yang seperti ini lebih adil untuk dibiarkan.
- Bahwa kalimat dalam hadis ini didapat dari umat-umat terdahulu, karena kalimat ini adalah kalimat yang mengarah pada sebaik-baiknya akhlak.
- Pujian terhadap sifat malu, baik makna yang pertama maupun yang kedua, yaitu malu yang berhubungan dengan hak Allah ta’ala dan malu yang berhubungan dengan hak manusia.
- Bahwa di antara moral seseorang yang tidak memiliki sifat malu, ia akan melakukan apapun yang diinginkannya tanpa peduli.
- Dalam perbuatan yang tidak memalukan, orang bebas dan boleh melakukannya.
- Adanya bantahan terhadap kaum Jabariyyah (kaum yang mengatakan bahwa manusia dipaksa dalam perbuatannya), karena dalam hadis ini adanya penetapan masyiah (kehendak) bagi manusia.