“Dan tidaklah Kami mengutus sebelummu seorang Rasul kecuali Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Aku, maka hendaklah kalian menyembah-Ku.” (QS Al Anbiya: 25)
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Nuh, Rasul yang pertama:
“Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya maka dia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, kalian tidak memiliki sesembahan selain Dia’.” (QS Al A’raf: 59)
Ucapan yang semakna juga diucapkan oleh Nabi-Nabi setelah Beliau. (Lihat Surat Al Araf: 65, 73, dan 85).
Demikian pula Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, selama 10 tahun pertama, Beliau berdakwah kepada tauhid dan mengingatkan manusia dari kesyirikan.
Kemudian turunlah kewajiban shalat 5 waktu pada tahun ke-10 kenabian dan tidak disyariatkan kebanyakan syariat kecuali di kota Madinah, ketika manusia sudah memiliki aqidah yang kuat (tauhid yang benar), seperti puasa Ramadhan, zakat, haji, adzan dan lain-lain.
Yang demikian karena amal ibadah tidak diterima oleh Allah kecuali bila dalam diri seseorang ada tauhid.
Oleh karena itu, wasiat Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Mu’adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman untuk berdakwah adalah:
“Hendaknya engkau mengajak kepada syahadat “لا إله إلا الله” dan syahadat “محمد رسول الله.” (HR Bukhāri dan Muslim)
Dan sampai akhir hayat Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau berusaha menjaga tauhid dan membentengi umat dari kesyirikan.
Lima hari sebelum Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia, Beliau mengingatkan umat Islam bahwa orang-orang sebelum mereka dahulu menjadikan kuburan Nabi-Nabi mereka sebagai tempat ibadah atau masjid.
Maka Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang menjadikan kuburan sebagai masjid. (HR Muslim)
Yang demikian karena membangun masjid di atas kuburan adalah pintu menuju kesyirikan. Semua ini menunjukkan bahwasanya inti dakwah Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah tauhid.
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Mengenal Rasulullah]