⑴ Al-Injil diturunkan kepada Nabi Isa Alaihissalām.
Allah berfirman,
“Kemudian Kami susulkan setelah mereka yaitu Nabi Nuh dan Nabi Ibrahim Rasul-Rasul Kami dan Kami susulkan pula Isa Putra Maryam dan Kami berikan Injil kepadanya.” [Surat Al-Hadid 27]
⑵ Al-Injil diturunkan untuk membenarkan At-Taurat, mengikutinya, dan tidak menyelisihinya.
Allah berfirman,
”Dan Kami susulkan setelah mereka dengan Isa putra Maryam yang membenarkan apa yang datang sebelumnya berupa kitab Taurat dan Kami berikan Injil kepadanya di dalamnya ada petunjuk dan cahaya dan Injil tersebut datang untuk membenarkan kitab yang datang sebelumnya yaitu kitab Taurat dan petunjuk serta nasehat bagi orang-orang yang bertaqwa.” [Surat Al-Ma’idah 46]
Kitab Injil isinya mengikuti isi Taurat kecuali dalam beberapa hukum yang sedikit.
Allah berfirman menceritakan ucapan Nabi Isa kepada Bani Israil,
”Dan Aku membenarkan kitab yang datang sebelumku yaitu Taurat dan aku menghalalkan sebagian dari apa yang sebelumnya diharamkan atas kalian.” [Surat Al-Imran 50]
Berkata Ibn Katsir ketika menafsirkan ayat ini,
“Oleh karena itu yang masyhur dari dua pendapat ulama bahwa injil menghapuskan sebagian hukum-hukum Taurat.”
Datang di dalam Perjanjian Baru Injil Matheus pasal 5 ayat 17-19 yang menguatkan hal ini disebutkan di dalamnya bahwa Nabi Isa berkata,
”Janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para Nabi, aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya karena aku berkata kepadamu sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini satu huruf atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat sebelum semuanya terjadi, karena itu siapa yg meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam kerajaan Surga.”
Oleh karena itu Nabi Isa berkhitan sebagaimana dalam Perjanjian Baru Injil Lukas pasal 2 ayat 21, yang demikian karena beliau Alaihissalām mengikuti syari’at Nabi Musa Alaihissalām sebagaimana disebutkan di dalam Perjanjian Lama kejadian pasal 17 ayat 9-14.
Adapun Paulus dia telah merusak ajaran Nabi Musa dan Nabi Isa dan membatalkan hukum sunat dan mengatakan “bahwa sunat adalah sunat dalam hati” sebagaimana dalam Perjanjian Baru Roma pasal 2 ayat 28-29.