Halaqah yang ke-89 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Kemudian beliau mendatangkan sabda Nabi ﷺ yang diriwayatkan oleh Tirmidzi
وَعَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ وُلَاةً مِنَ النَّبِيِّينَ،
Sesungguhnya bagi setiap Nabi itu ada وُلَاةً مِنَ النَّبِيِّينَ, wulāt itu jamak dari wali dan yang dimaksud dengan wali kita sebutkan yang dekat walā – yalī, yang mengikuti, jadi makna walī adalah yang dekat, setiap Nabi itu memiliki orang-orang yang dekat dengan beliau di antara para Nabi
وَإِنَّ وَلِيِّي مِنْهُمْ أَبِي
Dan sesungguhnya orang yang dekat denganku di antara mereka di antara para Nabi adalah أَبِي bapakku Ibrahim
وَخَلِيلُ رَبِّي
Dan dia adalah kekasih dari Robbku.
Jadi Ibrahim di sini adalah badal dari أَبِي maksudnya abi Ibrahim
وَإِنَّ وَلِيِّي مِنْهُمْ أَبِي وَخَلِيلُ رَبِّي
Ini menunjukkan bahwasanya yang paling afdhol diantara manusia setelah Nabi Muhammad ﷺ adalah Nabi Ibrahim karena beliau adalah walinya Beliau ﷺ, walinya Nabi Muhammad ﷺ, orang yang paling dekat derajatnya dengan Nabi ﷺ yaitu Ibrahim dan beliau adalah خَلِيلُ رَبِّي adalah kekasih Allāh ﷻ
ثُمَّ قَرَأَ
Kemudian Beliau ﷺ membaca Firman Allāh ﷻ
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ المُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya manusia yang paling dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikuti beliau yaitu mengikuti beliau di dalam millahnya
أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ
maka yang mengikuti millahnya Ibrahim merekalah orang-orang yang paling dekat dengan Ibrahim yaitu muwahiddīn, al-ahnaf, orang-orang yang mengikuti hanifiyyah maka orang yang paling dekat dengan Nabi Ibrahim adalah orang-orang yang mengikuti beliau sebagaimana firman Allāh ﷻ
أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ
[An Nahl:123]
Diantara yang mengikuti millah beliau adalah
وَهَذَا النَّبِيُّ
dan Nabi ini yaitu Nabi Muhammad ﷺ karena Beliau ﷺ mengikuti millahnya Ibrahim, أَنِ ٱتَّبِعۡ مِلَّةَ إِبۡرَٰهِيمَ حَنِيفٗاۖ
وَالَّذِينَ آمَنُوا
dan juga orang-orang yang beriman
وَاللَّهُ وَلِيُّ المُؤْمِنِينَ
(QS. Ali Imron [3]: 68)
dan Allāh ﷻ Dia-lah yang menolong orang-orang yang beriman
Jadi bukan orang Yahudi yang dekat dengan Ibrahim karena mereka menyelisihi Ibrahim dan bukan orang-orang Nasrani yang dekat dengan Ibrahim karena mereka menyelisihi Ibrahim, yang dekat dengan Ibrahim adalah orang-orang yang mengikuti beliau, siapa di antaranya, Nabi ﷺ dan juga orang-orang yang beriman, dan Allāh ﷻ Dia-lah yang akan menolong orang-orang yang beriman. Hadits ini shahih diriwayatkan oleh AT-Tirmidzi dan lafadznya
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ وُلَاةً مِنْ النَّبِيِّينَ وَإِنَّ وَلِيِّي أَبِي وَخَلِيلُ رَبِّي ثُمَّ قَرَأَ
{ إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ }
Didalamnya ada perintah dan dorongan untuk terus istiqomah diatas islam yang dibawa oleh Nabi ﷺ karena orang yang dekat dengan Beliau ﷺ adalah orang yang mengikuti agama Beliau ﷺ, orang yang dekat dengan Beliau ﷺ adalah orang yang dekat dengan agama Beliau ﷺ sehingga orang yang istiqomah di atas Islam dan dia menjauhi bid’ah dan istiqomah di atas sunnah sampai dia meninggal dunia maka dia adalah orang yang paling dekat dengan Nabi ﷺ sebagaimana orang yang mengikuti Ibrahim mengikuti millah beliau maka dia menjadi orang yang paling dekat dengan Ibrahim.
Sebagaimana orang yang mengikuti Ibrahim yang mengikuti millah beliau adalah orang yang paling dekat dengan Ibrahim maka orang yang mengikuti Nabi ﷺ, mengikuti sunnah Beliau ﷺ, menjauhi bid’ah, maka dia menjadi orang yang paling dekat dengan Nabi ﷺ dan orang yang dekat dengan Nabi ﷺ maka Allāh ﷻ Dia-lah walinya, Allāh ﷻ yang akan menolong orang-orang yang beriman yang istiqomah di atas islam di atas sunnah dan juga menjauhi kebid’ahan.
Sehingga hadits ini menunjukkan tentang keutamaan Istiqomah di atas sunnah karena kalau kita mengikuti Beliau ﷺ maka kita akan dekat dengan Beliau ﷺ sebagaimana orang yang mengikuti Ibrahim maka dia adalah orang yang paling dekat dengan Ibrahim.
Kemudian beliau mendatangkan hadits yang selanjutnya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
Dari Abu Hurairah Radiallahu Anhu marfu’an hadits ini diangkat kepada Nabi ﷺ
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا
Islam itu mulai dalam keadaan ghorib, dalam keadaan asing, orang-orang mereka di atas jahiliyah diatas kesyirikan, menyerahkan ibadah kepada Allāh ﷻ dan juga kepada selain Allāh ﷻ, membuat perkara yang baru di dalam millahnya Ibrahim, mengikuti hawa nafsunya, berdusta atas nama Allāh ﷻ, dan seluruh jahiliyah, kemudian datang islam yang isinya penyerahan diri kepada Allāh ﷻ, tinggalkan kesyirikan, serahkan ibadah hanya kepada Allāh ﷻ, jangan melakukan bid’ah di dalam millah ini, ikuti syariat yang ada jangan mengikuti hawa nafsu dan seterusnya.
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا
ketika datang maka orang merasa ini adalah perkara yang aneh, rata rata manusia saat itu dalam keadaan jauh dari Islam, jauh dari penyerahan diri kepada Allāh ﷻ, datang Nabi Muhammad ﷺ dalam keadaan mengajak manusia kepada Islam.
وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ
Setelah dia tersebar dakwah ini, sedikit demi sedikit dakwah jahiliyah tadi sudah terkikis kemudian satu persatu manusia masuk ke dalam agama Islam bahkan diakhir hayat Beliau ﷺ masuk manusia kedalam agama Islam afwajan, semuanya mengenal Islam tidak ada satu rumah di Madinah ketika awal Islam masuk ke kota Madinah kecuali masuk di dalamnya Islam. Sampai akhirnya dibuka kota Makkah pada tahun 8 Hijriyah dan ketika orang-orang Quraisy mereka berbondong-bondong masuk kedalam agama Islam maka orang-orang Arab badui yang selama ini hanya menunggu saja kabar yang terjadi karena mereka dalam keadaan bingung panutan mereka adalah orang-orang Quraisy tapi ternyata orang Quraisy terbelah menjadi dua Islam dengan syirik mereka harus ikut yang mana, padahal selama ini mereka menjadikan orang-orang Quraisy sebagai teladan
Akhirnya mereka mendengar saja, kita tunggu saja apa yang terjadi tahun ke delapan Nabi Muhammad ﷺ berhasil membuka kota Makkah, akhirnya mereka baru yakin baru sadar ini benar-benar seorang Nabi ﷺ . Quraisy yang selama ini mereka jadikan panutan mereka agungkan masuk ke dalam Islam, akhirnya orang-orang Baduy pun mereka masuk kedalam agama islam.
Jadilah islam menjadi sesuatu yang tersebar bukan sesuatu yang asing lagi setelah sebelumnya di awal Islam datang dalam keadaan غَرِيبًا. Maka Nabi ﷺ mengabarkan dimasa itu Islam dalam keadaan jaya, Beliau ﷺ mengabarkan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang dan ini adalah tanda kenabian Beliau ﷺ
وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ
Dan akan kembali Islam tersebut غَرِيبًا kembali asing كَمَا بَدَأَ sebagaimana di awal atau sebagaimana awalnya. Manusia saat itu melihat tersebarnya Islam, semangatnya manusia melaksanakan agama Islam maka Nabi ﷺ mengabarkan kelak akan kembali asing. Tauhid akan kembali asing, mengikuti sunnah menghidupkan sunnah akan kembali asing, dianggap sebagai seorang yang asing, aneh kok bisa yang lainnya mengikuti hawa nafsunya, berhura-hura dan sebagainya, ada orang yang ternyata dia masih memperhatikan agamanya.
Kemudian Beliau ﷺ memberikan dorongan dengan menyebutkan pahala bagi orang-orang yang asing saat itu
فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
maka طُوبَى bagi orang-orang yang asing, yang dianggap aneh, di tengah-tengah manusia yang rusak ternyata dia masih belajar tauhid belajar aqidah ditengah-tengah manusia yang rusak dia mempelajari sunnah bertanya apa yang disunnahkan ketika demikian apa yang disunnahkan ketika demikian, dia perhatikan dirinya, menjauhi kemaksiatan, Nabi ﷺ mengabarkan
فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
طُوبَى bagi orang-orang yang asing saat itu.
Ada sebagian yang menafsirkan طُوبَى disini adalah surga dan ada yang mengatakan dia adalah nama pohon yang ada di dalam surga. Baik diartikan dengan طُوبَى maknanya adalah surga atau pohon yang ada di dalam surga, menunjukkan tentang pahala yang besar, karena orang yang mendapatkan pohon didalam surga berarti dia masuk ke dalam surga.
Siapakah ghurobah tadi dan apa hubungannya dengan bab ini, mereka adalah orang-orang yang berpegang teguh di atas Islam, kenapa mereka menjadi ghurobah, karena sebab Islam yang mereka peluk, yang mereka pegang. Karena disebutkan di awalnya بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا Islam telah dimulai dalam keadaan asing, yaitu ajaran Islam dan ajaran Islam tadi akan menjadi asing kembali. Orang-orang yang memeluk ajaran Islam yang menjadi asing kembali nanti dinamakan dengan ghurobah karena mereka memeluk Islam yang murni yang dibawa oleh Nabi ﷺ yang saat itu ajaran Islam asing sehingga orang yang memeluk dan berpegang teguh dengan dalam Islam tadi dia adalah ghurobah.
Ucapan Nabi ﷺ fatūbā berarti di sini ada dorongan dari Beliau ﷺ supaya kita ini tetap istiqomah di atas Islam supaya kita masuk ke dalam surganya Allāh ﷻ. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim dan termasuk istiqomah di atas Islam adalah mengikuti sunnah Nabi ﷺ tata cara Beliau ﷺ dan meninggalkan bid’ah, adapun melakukan bid’ah maka ini bagian dari ketidak-istiqomahan, ketidak-islaman. Berarti disini ada dorongan bagi kita untuk terus istiqomah memegang Islam termasuk diantaranya adalah tata cara didalam masalah ibadah.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]