1. Beriman dengan Takdir adalah sebab seseorang merasakan lezatnya iman
Berkata Ubadah Ibnu Shomit kepada putranya,
“Wahai anakku, sesungguhnya engkau tidak akan merasakan lezatnya hakikat keimanan sampai engkau meyakini bahwa apa yang menimpamu tidak akan luput darimu dan apa yang luput darimu tidak akan menimpamu.” [diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah]
2. Membuahkan keberanian, keyakinan, tawakal, dan bergantung hanya kepada Allah, karena dia meyakini bahwa tidak akan menimpa dia kecuali apa yang sudah Allah tulis.
Allah berfirman,
[QS At-Taubah 51]
“Katakanlah tidak akan menimpa kami kecuali apa yang sudah Allah tentukan untuk kami, Dia-lah penolong kami dan hanya kepada Allah-lah orang-orang yang beriman bertawakal.”
3. Membuahkan akhlak yang mulia, seperti kedermawan karena apabila seseorang mengetahui bahwa kekayaan dan kemiskinan dengan Takdir Allah, dia tidak akan takut berinfak fii sabilillah.
4. Membuahkan rasa syukur ketika mendapatkan nikmat, menyandarkan kenikmatan tersebut kepada Allah, karena Dia-lah yang mentakdirkan.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
[QS An-Nahl 53]
“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu adalah dari Allah.”
5. Membuahkan petunjuk dan kesabaran ketika mendapatkan musibah.
Allah berfirman,
[QS Al-Hadid 22]
“Musibah apa saja yang menimpa baik di bumi maupun pada diri-diri kalian kecuali sudah ditulis di dalam sebuah kitab sebelum Kami menjadikannya. Sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allah.”
6. Semakin kuat keimanan seseorang dengan Takdir Allah, maka akan semakin kuat tauhid-nya, karena iman dengan Takdir adalah bagian dari iman dengan Rububiyah Allah, yang konsekuensinya adalah tauhid Uluhiyyah.
7. Membuahkan keikhlasan dan terjauh dari riya, karena orang yang beriman dengan Takdir mengetahui bahwa Allah telah menentukan segalanya dan menyadari bahwa mencari pahala dari manusia tidak akan memberikan manfaat.
8. Menghilangkan rasa dengki antar sesama muslim karena dia menyadari bahwa rezeki sudah diatur dan dibagi oleh Allah dengan hikmah yang dalam. Lalu untuk apa seseorang dengki dan iri.