Kemudian beliau (rahimahullāh) mengatakan:
ألْأَصْلُ الثَّانِيْ :
أَمَرَ اللهُ بِالاجْتِمَاعِ فِي الدِّيْنِ وَنَهَى عَنِ التَّفَرُّقِ، فَبَيَّنَ اللهُ هَذَا بَيَانًا شَافِيًا تَفْهَمُهُ الْعَوَامُّ
• Pokok yang kedua:
Bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah memerintahkan kita untuk bersatu berkumpul didalam agama dan melarang kita untuk saling berpecah belah.
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menjelaskan perkara ini (yaitu) perintah untuk bersatu, berkumpul dan larangan berpecah belah didalam Al Qurān dengan penjelasan yang sangat jelas dipahami oleh orang awam sekalipun.
Artinya apa yang Allāh perintahkan tersebut bukanlah sesuatu yang sulit untuk dipahami.
Ayat-ayat yang menjelaskan perintah untuk bersatu adalah ayat-ayat yang jelas dipahami oleh orang yang awam maupun orang yang cerdas (semuanya bisa memahami tentang perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini).
Dalīl perintah Allāh didalam Al Qur’ān, diantaranya:
⑴ Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.”(QS. Āli Imrān: 102)
⑵ Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَٱعۡتَصِمُواْ بِحَبۡلِ ٱللَّهِ جَمِيعٗا وَلَا تَفَرَّقُواْۚ……
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allāh, dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS. Āli Imrān: 103)
⇒ Hablullāh artinya dengan Al Qur’ān
Semuanya diperintahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk berpegang teguh dengan Al Qur’ān dan janganlah kalian saling berpecah belah.
Jelas ayat ini menunjukkan kepada kita tentang perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla supaya kita bersatu, berpegang teguh dengan Al Qur’ān, As Sunnah dan dengan agama ini.
Dan jelas menunjukkan tentang larangan berpecah belah didalam agama karena Allāh berfirman,
وَلَا تَفَرَّقُوا۟
“Dan janganlah kalian saling berpecah belah.”
⇒ Orang awampun memahami tentang firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla ini.
⑶ Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّذِينَ تَفَرَّقُوا۟ وَٱخْتَلَفُوا۟ مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْبَيِّنَـٰتُ ۚ وَأُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌۭ
“Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang saling berpecah belah (bercerai berai) dan berselisih setelah datang kepada mereka al bayyinat (keterangan yang jelas, dalīl yang jelas). Dan merekalah orang-orang yang mendapat adzab yang pedih. (QS. Āli Imrān: 105)
Allāh mengatakan, “Janganlah kalian seperti orang-orang yang berpecah belah dan berikhtilaf setelah datang kepadanya al bayyinat keterangan yang jelas (dalīl yang jelas).”
Dan orang yang berpecah belah dan berselisih, padahal sudah mengetahui dalīlnya maka ini mendapatkan ancaman adzab dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⑷ Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
شَرَعَ لَكُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِۦ نُوحٗا وَٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ وَمَا وَصَّيۡنَا بِهِۦٓ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَىٰٓۖ أَنۡ أَقِيمُواْ ٱلدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُواْ فِيهِۚ
“Allāh telah mensyari’atkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nūh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrāhīm, Mūsā dan Īsā yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.” (QS. Asy Syūrā: 13)
Perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan ini (diwahyukan oleh Allāh) kepada Nūh, kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Ibrāhīm, Mūsā dan Īsā supaya kita menjalankan agama ini dan supaya kita tidak saling berselisih dan berpecah belah diantara kita.
⑸ Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
إِنَّ ٱلَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمۡ وَكَانُواْ شِيَعٗا لَّسۡتَ مِنۡهُمۡ فِي شَيۡءٍۚ إِنَّمَآ أَمۡرُهُمۡ إِلَى ٱللَّهِ
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allāh.” (QS. Al An’ām: 159)
Banyak ayat didalam Al Qur’ān yang menunjukkan tentang perintah Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada kita agar bersatu didalam agama Allāh, bersatu didalam hak, bersatu didalam berpegang teguh dengan Al Qur’ān dan Sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan larangan untuk berpecah belah didalam agama ini.
⇒ Orang yang awam sekalipun mereka memahami tentang perkara ini.
Oleh karena itu beliau (rahimahullāh) mengatakan:
“Ayat-ayat ini dipahami oleh orang-orang awam sekalipun apalagi oleh para ulamā dan para penuntut ilmu.”
Kemudian beliau (rahimahullāh) mengatakan:
وَنَهَانَا أَنْ نَكُوْنَ كَالذِيْنَ تَفَرَّقُوْا وَاخْتَلَفُوْا قَبْلَنَا فَهَلَكُوْا
Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah melarang kita, menjadi orang-orang yang berselisih (berpecah belah) seperti orang-orang sebelum kita.
Mereka (orang-orang Yahūdi dan Nashrāni) berselisih (berpecah belah) didalam agama mereka, sehingga akhirnya mereka hancur dan dihancurkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena sebab perselisihan mereka.
Dan didalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menerangkan bahwasanya, “Orang-orang Yahūdi telah berselisih dan berpecah belah menjadi 71 golongan, orang-orang Nashrāni 72 golongan, dan umatku kata beliau akan berpecah belah menjadi 73 golongan.”
⇒ Dan kita dilarang untuk mengikuti jalan orang-orang Yahūdi dan Nashrāni.
Tidaklah beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam menerangkan dan mengabarkan kepada kita tentang perpecahan orang-orang Yahūdi dan Nashrāni kecuali diantaranya adalah untuk mengingatkan kita, jangan sampai kita terpelosok didalam apa yang mereka sesat didalamnya.
Orang-orang Yahūdi dan Nashrāni berpecah belah didalam agamanya dan kita dilarang untuk mengikuti kesesatan mereka didalam berpecah belah ini.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Ushulussittah]