Beliau rahimahullāh mengatakan:
اَلْأَصْلُ الرَّابِعُ : بَيَانُ الْعِلْمِ وَالْعُلَمَاءِ ، وَالْفِقْهِ وَالْفُقَهَاءِ ، وَبَيَانُ مَنْ تَشَبَّهَ بِهِمْ وَلَيْسَ مِنْهُمْ
• Pokok yang keempat :
Penjelasan makna dari ilmu dan para ulamā dan makna dari fiqih dan juga para fuqahā’ dan menjelaskan tentang orang-orang yang menyerupai mereka, padahal dia bukan termasuk ulamā dan bukan termasuk fuqahā’.
Hal ini juga termasuk perkara yang penting seperti yang dikatakan oleh pengarang karena banyak dizaman kita orang yang tidak mengetahui apa itu sebenarnya ilmu, yang telah datang keutamaannya didalam Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Yang kita diperintahkan untuk menuntutnya yang dengannya seseorang mendapatkan derajat yang tinggi disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang dengannya di bisa selamat didunia dan juga diakhirat.
Banyak diantara saudara-saudara kita yang belum mengetahui apa sebenarnya ilmu tersebut.
Dan para ulamā menjelaskan yang dimaksud dengan ilmu yang ada didalam Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang kita didorong dan dianjurkan untuk menuntutnya yang barangsiapa menuntutnya maka akan dimudahkan jalan menuju surga dan bahwasanya orang yang menuntutnya berarti Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah menginginkan kebaikan darinya.
Yang dimaksud dengan ilmu tersebut adalah:
ما قال الله و قال الرسول
“Apa yang dikatakan oleh Allāh dan apa yang dikatakan oleh rasūl Nya.”
Apabila disitu disebutkan ilmu, maka yang dimaksud dengan ilmu tersebut adalah ilmu syari’, ilmu yang bersumber (berdasar) dari Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang shahīh.
Didalam ayatnya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:
يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَـٰتٍۢ ۚ
“Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11)
Disini Allāh Subhānahu wa Ta’āla berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan juga orang-orang yang diberikan ilmu diangkat oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla beberapa derajat.
Yang dimaksud dengan ilmu didalam ayat ini adalah ilmu agama (apa yang dikatakan oleh Allāh dan apa yang dikatakan oleh rasūl Nya).
Demikian pula firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla menceritakan tentang perintah Allāh kepada Nabi Nya untuk meminta tambahan ilmu sebagaimana firman Allāh:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًۭا
Dan katakanlah wahai Muhammad, “Wahai Rabbku tambahkanlah kepadaku ilmu” (QS. Thāhā: 114)
Maka yang dimaksud dengan ilmu disini adalah apa yang dikatakan Allāh dan Rasūl Nya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyuruh Nabi Nya untuk meminta tambahan, bukan meminta tambahan dunia atau kekuasaan atau yang lain, akan tetapi disuruh meminta tambahan ilmu, dan ilmu disini adalah ilmu agama.
Demikan pula ilmu yang datang didalam hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam maka yang dimaksud adalah ilmu agama.
Sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إلَى الْجَنَّةِ
“Barangsiapa yang menuntut atau menempuh sebuah jalan didalam jalan tersebut dia ingin mencari ilmu agama, ingin mencari ilmu maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memudahkan dia jalan menuju surga” (Hadīts shahīh riwayat Muslim)
Dan jalan disini, bisa jalan haqiqi seseorang bepergian jauh dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan atau yang dimaksud jalan disini adalah jalan maknawi yaitu cara untuk nendapatkan ilmu.
Seperti seseorang membaca atau mendengarkan maka ini juga termasuk jalan menuntut ilmu agama, pahalanya maka Allāh akan memudahkan dia jalan menuju Surga.
Karena orang yang menuntut ilmu maka dia akan mengetahui yang benar, sehingga dia bisa mengamalkan kebenaran tersebut, dan orang yang menuntut ilmu maka dia akan mengenal yang bathil sehingga dia dengan mudah meninggalkan kebathilan tersebut.
Apabila seseorang istiqāmah dengan ilmu yang dia miliki mengetahui kebenaran dan meninggalkannya, dan mengamalkannya dan mengetahui kebathilan kemudian meninggalkannya sampai dia meninggal dunia maka diharapkan orang yang demikian akan dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla masuk kedalam surga.
***
[Disalin dari materi Halakah Silsilah Ilmiah (HSI) Abdullah Roy Bab Ushulussittah]