Halaqah 103: Perkataan Abul ‘Aliyyah Bagian 3 Dan Dalil Keduabelas Atsar Ibnu Mas’ud

Halaqah 103: Perkataan Abul ‘Aliyyah Bagian 3 Dan Dalil Keduabelas Atsar Ibnu Mas’ud
Halaqah yang ke-103 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Fadhlul Islām yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb rahimahullāh.
Beliau mengatakan
وَأَمَّا الإِنْسَانُ الَّذِي يَقْرَأُهَا وَأَشْبَاهَهَا وَهُوَ آمِنٌ مُطْمَئِنٌّ؛ أَنَّهَا لَا تَنَالُهُ، وَيَظُنُّهَا فِي قَوْمٍ كَانُوا، فَبَادُوا، ﴿مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا القَوْمُ الخَاسِرُونَ﴾ [الأعراف: 99]
Adapun seseorang manusia yang dia membaca dalil-dalil ini dan juga yang semisalnya sedangkan dia dalam keadaan آمِنٌ مُطْمَئِنٌّ, membaca ayat ayatnya membaca haditsnya tapi dia dalam keadaan tenang
أَنَّهَا لَا تَنَالُهُ
bahwasanya fitnah-fitnah ini, kejelekan-kejelekan ini, hawa nafsu ini tidak akan mengenai dirinya. Jadi orang Islam harusnya dia takut terkena fitnah ini, takut dia melenceng dan keluar dari jalan yang lurus. Adapun orang yang sekedar membaca dalil-dalil tadi tapi dia dalam keadaan آمِنٌ dalam keadaan merasa aman, ah nggak mungkin ini terkena ke saya, مُطْمَئِنٌّ dalam keadaan hatinya tenang tidak ada rasa takut terjerumus dalam kesesatan.
Dia menyangka bahwasanya kesesatan-kesesatan tadi hanya untuk nāsin kānu, ini hanya untuk orang-orang yang sudah berlalu saja, فَبَادُوا yang mereka berpisah dengan kita, seakan-akan fitnah bid’ah, fitnah syirik itu hanya untuk orang lain bukan untuk dirinya sehingga dia menyangka, dia merasa tenang, merasa aman tidak mungkin dia terkena kesesatan tadi, menyangka ini adalah untuk orang-orang yang sudah berlalu أْمَنا مَكْرَ اللَّهِ dalam keadaan dia merasa aman dari makar Allāh ﷻ
فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا القَوْمُ الخَاسِرُونَ
Maka tidak aman dari makar Allāh ﷻ kecuali orang-orang yang rugi, orang yang merasa aman dari makar Allāh ﷻ inilah orang yang rugi.
Adapun orang yang khawatir, ketika melihat fitnah banyak orang yang berjatuhan di dalam bid’ah, di dalam kesyirikan, di dalam kemaksiatan maka dia khawatir dirinya terjerumus ke dalam yang dialami orang-orang tersebut, maka dia akan berusaha, maka dia akan berdoa, maka dia akan mengambil sebab bagaimana selamat dari kesesatan tadi.
Kemudian Syaikh mengatakan
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: خَطَّ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَطًّا
Dan dari Abdullah bin Mas’ud beliau mengatakan Rasulullah ﷺ membuat sebuah garis, satu garis saja
ثُمَّ قَالَ: «هَذَا سَبِيلُ اللَّهِ
Ini adalah jalan Allāh ﷻ, menunjukkan bahwasanya jalan Allāh ﷻ itu hanya satu dan dia adalah jalan yang lurus, sebagaimana dalam ayat shirāthal mustaqim, tharīqil mustaqim, sabīlil mustaqim
ثُمَّ خَطَّ خُطُوطًا عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ
Kemudian beliau menggambar garis-garis yang lain baik di sebelah kanannya maupun di sebelah kirinya
ثُمَّ قَالَ: «هَذِهِ سُبُلٌ
Ini adalah subul, ini adalah jalan-jalan yang disebutkan di dalam ayat
وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ
[Al An’am:153]
عَلَى كُلِّ سَبِيلٍ مِنْهَا شَيْطَانٌ يَدْعُو إِلَيْهِ
Di atas masing-masing dari jalan ini ada setan yang dia mengajak kepada jalan-jalan ini. Dia ajak orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus ini untuk mengikuti jalannya
وقَرَأَ
kemudian Nabi ﷺ membaca
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ، فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ﴾ [الأنعام:153]
Ini adalah jalan مُسْتَقِيمًا yang lurus فَاتَّبِعُوهُ maka hendaklah kalian mengikutinya, dan ini adalah syahidnya kita disuruh mengikuti ini, jangan kita berbelok ke kiri dan ke kanan menyimpang dari Islam
وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ
Dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan, subul ini, yang ada di sebelah kanan dan juga sebelah kiri karena inilah yang akan memecah kalian dari jalan Allāh ﷻ. Awalnya kalian berkumpul di sini, ketika kita sudah menoleh ke kanan dan ke kiri maka akhirnya masing-masing kita berada di aliran-aliran tadi, kalian akan pecah belah dari jalan Allāh ﷻ ini adalah syahidnya kita harus istiqomah di atas Islam dan jangan sampai kita menyimpang ke kanan maupun kiri
رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالنَّسَائِيُّ
Hadits ini diriwayatkan oleh Imām Ahmad dan juga diriwayatkan oleh An-Nasa’i, dan hadits ini adalah hadits yang shahih diriwayatkan sebagaimana ucapan Mu’allif disini diriwayatkan oleh Imām Ahmad dan juga An-Nasa’i.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Fadhlul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top