Halaqah 21: Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Sembilan Bagian 1

Halaqah 21: Penjelasan Pembatal Keislaman Ke Sembilan Bagian 1
Berkata Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah,
التَّاسِعُ:
مَنِ اعْتَقَدَ أَنَّ بَعْضَ النَّاسِ لَا يَجِبُ عَلَيْهِ اتِّبَاعُ النَّبِيِّ ﷺ،
وَأَنَّهُ يَسَعُهُ الخُرُوجُ عَنْ شَرِيعَةِ مُحَمَّدٍ ﷺ
كَمَا وَسِعَ الخَضِرُ الخُرُوجَ عَنْ شَرِيعَةِ مُوسَى عَلَيهِ السَّلَامُ
فَهُوَ كَافِرٌ
“Yang ke sembilan, barangsiapa yang meyakini bahwa sebagian manusia tidak wajib mengikuti Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan bahwa dia boleh keluar dari syari’at Nabi shallallāhu ‘alaihi wa sallam sebagaimana Nabi Khadhir keluar dari syari’at Nabi Musa ‘alaihissalam, maka dia kafir.”
Wajib bagi seluruh manusia semenjak diutusnya Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam untuk beriman kepada Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti risalah Beliau, karena Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam diutus oleh Allah untuk seluruh manusia, baik orang Arab maupun selain orang Arab, baik ahlul kitab, orang-orang musyrikin, maupun pengikut Nabi sebelumnya.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
(وَمَاۤ أَرۡسَلۡنَـٰكَ إِلَّا رَحۡمَةࣰ لِّلۡعَـٰلَمِینَ)
[Surat Al-Anbiya’ 107]
“Dan tidaklah kami mengutusmu Wahai Muhammad, kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Dan Allah Subhānahu wa Ta’āla mengatakan,
قُلۡ یَـٰۤأَیُّهَا ٱلنَّاسُ إِنِّی رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَیۡكُمۡ جَمِیعًا
[Surat Al-A’raf 158]
“Katakanlah wahai manusia, sesungguhnya aku adalah Rasulullah untuk kalian semuanya.”
Dan ini adalah keistimewaan Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Adapun para Nabi sebelumnya, maka mereka diutus untuk kaumnya saja.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ عَامَّةً
“Dahulu seorang Nabi diutus kepada kaumnya secara khusus dan aku diutus ke seluruh manusia.” [Muttafaqun ‘Alaihi]
Nabi Musa ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Isa ‘alaihissalam diutus kepada Bani Israil. Nabi Shalih ‘alaihissalam diutus kepada Tsamud. Nabi Hud kepada ‘Aad. Nabi Syu’aib diutus kepada Madyan. Nabi Nuh diutus kepada kaumnya.
Apabila ada seorang Yahudi yang mengaku beriman dengan Nabi Musa atau seorang Nasrani yang mengaku beriman kepada Nabi Isa, mendengar tentang kedatangan Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, maka dia wajib mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Apabila dia meninggal dan tidak beriman dengan Beliau, maka dia meninggal dalam keadaan kufur.
Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Tidaklah mendengar kedatanganku, seseorang diantara umat ini, baik seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia meninggal dunia dan tidak beriman dengan apa yang aku bawa, kecuali dia adalah termasuk penghuni neraka.” [Hadits shahih diriwayatkan oleh Imam Muslim]
Bahkan bukan hanya itu. Seandainya sekarang ada seorang Nabi yang masih hidup, maka diwajibkan bagi Nabi tersebut untuk mengikuti Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam. Tidak boleh Nabi tersebut melaksanakan syari’atnya sendiri.
Allah Subhānahu wa Ta’āla telah mengambil perjanjian dari para Nabi dan mewajibkan mereka untuk mengikuti, beriman, dan menolong Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam apabila menemui Beliau.
Allah Subhānahu wa Ta’āla berfirman,
(وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِیثَـٰقَ ٱلنَّبِیِّـۧنَ لَمَاۤ ءَاتَیۡتُكُم مِّن كِتَـٰبࣲ وَحِكۡمَةࣲ ثُمَّ جَاۤءَكُمۡ رَسُولࣱ مُّصَدِّقࣱ لِّمَا مَعَكُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِهِۦ وَلَتَنصُرُنَّهُۥۚ قَالَ ءَأَقۡرَرۡتُمۡ وَأَخَذۡتُمۡ عَلَىٰ ذَالِكُم إِصۡرِیۖ قَالُوۤا۟ أَقۡرَرۡنَاۚ قَالَ فَٱشۡهَدُوا۟ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّـٰهِدِینَ)
[Surat Ali Imran 81]
(فَمَن تَوَلَّىٰ بَعۡدَ ذَ ا⁠لِكَ فَأُو۟لَـٰۤىِٕكَ هُمُ ٱلۡفَـٰسِقُونَ)
[Surat Ali Imran 82]
“Ketika Allah Subhānahu wa Ta’āla mengambil perjanjian dari para Nabi, ‘Seandainya Aku memberikan kepada kalian kitab dan hikmah, kemudian datang kepada kalian seorang Rasul yang membenarkan apa yang kalian bawa, maka kalian harus beriman dengan Rasul tersebut dan kalian harus menolongnya.’
Kemudian Allah berkata, ‘Apakah kalian mengakui perjanjian ini dan mengambil perjanjian ini?’ Mereka mengatakan, ‘Kami berikrar.’
Allah berkata, ‘Maka saksikanlah, dan Aku bersama kalian, termasuk yang bersaksi.’ Maka barangsiapa yang berpaling dari perjanjian ini, maka mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Di dalam sebuah hadits, suatu saat Umar bin Khatab radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu membaca sebuah kitab yang beliau dapatkan dari ahlul kitab. Maka Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam marah dan berkata, “Apakah engkau bingung wahai anak Al Khatab?”
Kemudian Beliau berkata,
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِي
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, seandainya Musa ‘alaihissalam sekarang ini hidup, niscaya dia tidak boleh kecuali harus mengikuti diriku.” [HR Imam Ahmad dan dihasankan oleh Syeikh Al Albani Rahimahullah]
Oleh karena itu, di akhir zaman ketika Nabi Isa ‘alaihissalam turun ke dunia, maka beliau akan turun sebagai salah satu diantara umat Rasulullah shallallāhu ‘alaihi wa sallam, mengikuti syar’iat Beliau shallallāhu ‘alaihi wa sallam, dan tidak berhukum dengan Injil.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Nawaqidul Islam]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top