Halaqah 31: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Tafsir Syahadat Laa Ilaaha Illallaah

Halaqah 31: Landasan Ke Dua Ma’rifatu Dinil Islam Bil Adillah: Tafsir Syahadat Laa Ilaaha Illallaah
Kemudian beliau mendatangkan firman Allah Azza wa Jalla yang menjelaskan tentang makna kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
Beliau mengatakan,
وتفسيرها الذي يوضحها، قوله تعالى
Dan tafsir penjelasan dari kalimat Laa Ilaaha Illallaah, yang menjelaskan tentang kalimat Laa Ilaaha Illallaah,
قوله تعالى
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لِأَبِيهِ وَقَوْمِهِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي فَإِنَّهُ سَيَهْدِينِ
[Az Zukhruf 26-27]
“Dan ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan juga kaumnya sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah kecuali yang telah menciptakan aku.”
Ini adalah menafsirkan ayat dengan ayat karena kalimat Laa Ilaaha Illallaah yang pertama dikandung di dalam firman Allah [Ali Imran 18]
شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَاۤ إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ
Ternyata makna ini juga ditafsirkan/dijelaskan oleh ayat yang lain. Berarti ini termasuk menafsirkan ayat dengan ayat.
Ucapan beliau إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ
Di sini ada Nafyu sebagaimana Allah menafikan di dalam ayat yang pertama naafiyan, maka di sini Ibrahim juga naafiyan (beliau juga menafikan).
نافيا جميع ما يعبد من دون الله
إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ
“Aku berlepas diri (aku menafikan/aku tidak percaya, aku berlepas diri) dari apa yang kalian sembah.”
Ini menafikan sebagaimana Allah juga menafikan.
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي
“Kecuali Dzat Yang Telah Menciptakan aku.”
فَطَر – artinya adalah mencipta,
إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي
Ini berarti Itsbat. Ini menetapkan sebagaimana Allah menetapkan di dalam kalimat – إلا هو – إلا الله – maka Ibrahim juga menetapkan, mengatakan – إِلَّا الَّذِي فَطَرَنِي – disebutkan Fathoroni, isyarat bahwasanya Tauhid Rububiyyah itu melazimkan Tauhid Uluhiyyah, yang aku sembah yang aku tidak berlepas diri adalah yang menciptakan aku. Itulah yang memang berhak aku sembah.
Berarti yang berhak untuk disembah adalah Dzat Yang Telah Menciptakan.
Beliau di sini menyinggung kembali tentang
لا شريك له في عبادته، كما أنه لا شريك له في ملكه
Mengingatkan tentang hubungan antara Tauhid Rububiyyah dengan Tauhid Uluhiyyah karena di sinipun dalil yang beliau sampaikan juga menyinggung tentang hubungan Tauhid Uluhiyyah dengan Tauhid Ar Rububiyyah.
Ini adalah tafsir dari kalimat Laa Ilaaha Illallaah yang diucapkan oleh Ibrohim (kholilullah).
Bagaimana dengan Nabi Muhammad ﷺ?
Al Ayah, kemudian beliau mengatakan, [Ali Imran 64]
وقوله؛ قل يأهل الكتب تعالوا
“Katakan wahai Muhammad,”
Bagaimana Beliau ﷺ mendakwahkan kalimat Laa Ilaaha Illallaah ini kepada sebagian manusia yang mereka adalah ahul kitab, inilah yang beliau dakwahkan.
قل يأهل الكتب
“Katakanlah wahai Ahlul Kitab (orang-orang Nashara Najran)
تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ
“Ke sinilah kalian, mari kita bersepakat kepada sebuah kalimat yang sama antara kami (orang Islam) dengan kalian (orang-orang ahlul kitab).”
Apa kalimat yang sama tersebut?
أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ
“Supaya kita tidak menyembah kecuali Allah saja.”
Di sini juga ada Nafyu juga ada Itsbat.
– أَلَّا نَعْبُدَ – adalah Nafyu
– إِلَّا اللَّهَ – adalah Itsbat.
Ingin menjelaskan di sini tentang adanya Nafi dan Itsbat di dalam dakwahnya Rasulullah ﷺ, dakwahnya Ibrahim Nafyu dan juga Isbat dan dakwahnya Rasulullah ﷺ di dalam kalimat yang Beliau seru juga ada kalimat yang isinya adalah Nafyu dan juga isbat.
ولا نشرك به شيأ – dan kita tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun, berarti di sini menekankan kembali tentang keharusan untuk mengingkari, tidak boleh kita menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun.
Ada yang mengartikan – ولا نشرك به شيأ – mengingatkan mereka supaya kita tidak menyekutukan Allah dengan siapapun.
Kalau لا نعبد إلا الله ini umum, beliau ingin mengingatkan bahwasanya baik kami (orang Islam) maupun kalian (orang-orang Nashrani) jangan kita menyekutukan Allah dengan siapapun. Kami tidak menyekutukan Allah dengan Nabi Muhammad dan kalian tidak menyekutukan Allah dengan Nabi Isa. Ayo sepakat, Allah saja.
– وَلَا نُشْرِك به شيئا – Kami orang Islam tidak akan menyembah Muhammad, dan kalian wahai orang-orang Nashrani jangan pula kalian menyembah Nabi Isa. Kita jangan menyekutukan Allah. Sudah Allah saja. Ini berkaitan dengan Nabinya.
Kemudian beliau juga ingin mengajak mereka karena kesyirikan orang-orang ahlul kitab pertama adalah karena mereka menyekutukan Allah dengan Nabi Isa , maka beliau mengatakan – وَلَا نُشْرِك به شيئا –
Kemudian,
وَلَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابࣰا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ
“Jangan sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai sesembahan selain Allah.” karena orang-orang Nashrani, mereka menjadikan pendeta mereka sebagai sesembahan selain Allah.
اتخذوا أحبارهم ورهبانهم أربابا من دون الله
“Mereka menjadikan orang-orang ahli Ibadah diantara mereka dan orang-orang yang pintar/ahli ilmu diantara mereka sebagai sesembahan selain Allah.”
Bagaimana mereka menjadikan pendeta dan juga ahli Ibadah mereka sebagai sesembahan? Mereka menghalalkan apa yang diharamkan oleh Allah (artinya ikut menghalalkan). Pendeta mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah kemudian mereka ikut mengharamkan, itulah ibadah mereka. Yaitu mengikuti pendeta tadi di dalam halal dan juga haram padahal itu bertentangan dengan hukum Allah.
Maka di dalam ucapan beliau,
وَلَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابࣰا
Jangan sampai sesama kita, bukan Nabi, pengikut mereka, menjadikan pendetanya sebagai sesembahan selain Allah. Kami tidak akan menjadikan ulama kami sebagai sesembahan selain Allah, kalian juga demikian jangan menjadikan ulama sebagai أربابا من دون الله sesembahan selain Allah. Cukuplah Allah saja, maka diperinci yang demikian dan intinya adalah pada kalimat Laa Ilaaha Illallaah.
Berarti intinya di sana ada Nafyu dan juga Itsbat.
وَلَا یَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابࣰا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡا۟ فَقُولُوا۟ ٱشۡهَدُوا۟ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
[Qs Ali ‘Imran 64]
“Apabila mereka tidak mau menerima/berpaling dari tawaran ini maka katakanlah (ucapkan kepada mereka), saksikanlah oleh kalian (kalau memang kalian tidak mau menerima kalimat ini) bahwasanya kami adalah orang-orang yang menyerahkan diri kepada Allah.”
Sudah, kami sudah pasrah kepada Allah, tidak mau mengikuti ajaran nenek moyang kami atau ajaran kalian, yang di situ ada penyembahan kepada selain Allah.
***
[Disalin dari materi Halaqah Silsilah Ilmiyyah (HSI) Abdullah Roy bab Kitab Ushul Ats Tsalatsah]

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top